Singapura (ANTARA) - Pasar saham Asia menguat pada perdagangan Kamis, didukung oleh ekuitas Hong Kong dan China di tengah meningkatnya optimisme atas pelonggaran pembatasan COVID di ekonomi terbesar kedua dunia itu, sekalipun ketakutan perlambatan dan kekhawatiran atas kenaikan suku bunga Fed masih bertahan.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang terangkat 0,57 persen di jalur untuk menghentikan penurunan beruntun dua hari.

Pasar China ditutup naik dengan indeks saham unggulan CSI 300 terdongkrak 0,02 persen dan Indeks Hang Seng Hong Kong melonjak 3,33 persen, setelah sebuah surat kabar pro-China melaporkan bahwa pemerintah Hong Kong sedang mempertimbangkan untuk melonggarkan pembatasan COVID-19 lebih lanjut.

Laporan terbaru muncul setelah pemerintah pada Rabu (7/12/2022) mengumumkan perubahan besar-besaran untuk melonggarkan kebijakan keras anti-COVID yang telah menghancurkan ekonomi China.

"Meskipun ini bisa menjadi perjalanan yang tidak mulus selama beberapa minggu ke depan, China siap untuk beralih dari COVID dalam satu hingga dua kuartal," kata Manajer Portofolio China Evolution Equity Strategy T Rowe Price, Wenli Zheng. Ia menambahkan ekuitas China bisa menjadi titik terang di tahun 2023.

Baca juga: Saham China ditutup beragam, Indeks Shanghai turun 0,40 persen

Kenaikan di Asia dibatasi karena meningkatnya kekhawatiran bahwa Federal Reserve mungkin bertahan pada siklus kenaikan suku bunga yang lebih lama setelah laporan pekerjaan yang kuat dan sektor jasa-jasa mengurangi selera risiko investor.

Di tempat lain di Asia, Indeks S&P/ASX 200 Australia berakhir jatuh 0,75, sementara Nikkei Jepang kehilangan 0,40 persen mendekati level terendah satu bulan dan Indeks KOSPI Korea Selatan merosot 0,49 persen.

E-mini berjangka untuk S&P 500 turun 0,13 persen, sementara Eurostoxx 50 berjangka turun 0,20 persen, Indeks DAX berjangka Jerman turun 0,18 persen dan Indeks FTSE berjangka 0,17 persen lebih rendah.

Yang juga membebani adalah imbal hasil obligasi pemerintah AS, dengan surat utang lima tahun hingga obligasi 30 tahun melayang di posisi terendah tiga bulan.

"Hal yang menonjol adalah apa yang terjadi di pasar obligasi pemerintah AS, tampaknya tidak banyak yang tertinggal, dan saya pikir itulah yang mendorong sebagian besar pasar lainnya," kata Kepala Riset ING's Asia-Pasific, Rob Carnell.

Bank sentral AS secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin minggu depan setelah memberikan empat kenaikan 75 basis poin berturut-turut.

Baca juga: Dolar naik tipis, prospek pertumbuhan yang kian gelap rusak sentimen

Bank sentral Kanada pada Rabu (7/12/2022) mengisyaratkan bahwa operasi pengetatan bersejarah hampir berakhir ketika menaikkan suku bunga acuan overnight sebesar 50 basis poin menjadi 4,25 persen, level tertinggi dalam hampir 15 tahun.

Data pada Rabu (7/12/2022) menunjukkan bahwa produktivitas pekerja AS pulih pada kecepatan yang sedikit lebih cepat dari perkiraan semula di kuartal ketiga, tetapi trennya tetap lemah, membuat biaya tenaga kerja tetap tinggi.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun naik 5,4 basis poin menjadi 3,462 persen, sedangkan imbal hasil obligasi Pemerintah AS 30-tahun naik 3,6 basis poin menjadi 3,450 persen.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, naik 3,9 basis poin menjadi 4,295 persen.

Di pasar mata uang, dolar AS terhuyung-huyung karena prospek resesi di negara itu membayangi. Euro melemah 0,1 persen menjadi 1,0495 dolar, sementara sterling terakhir diperdagangkan pada 1,2178 dolar, turun 0,17 persen hari ini.

Harga minyak naik pada Kamis setelah tenggelam ke level terendah tahun ini. Minyak mentah AS baru-baru ini naik 0,9 persen menjadi diperdagangkan di 72,66 dolar AS per barel dan Brent naik 0,8 persen menjadi diperdagangkan di 77,79 dolar AS per barel.

Baca juga: Harga minyak dibuka bervariasi di Asia, Brent naik dan WTI turun

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022