Jika IHK turun dan China sepenuhnya dibuka kembali, itu masih belum cukup untuk menjadikan lebih antusias di pasar Asia, karena kita menghadapi skenario di mana pasar yang lebih maju
Singapura (ANTARA) - Pasar saham Asia menguat pada Rabu, obligasi juga menguat, namun dolar mengalami kerugian setelah data menunjukkan harga konsumen AS hampir tidak naik pada November, memicu harapan inflasi telah memuncak dan kenaikan suku bunga akan melambat dan akhirnya berhenti pada 2023. Namun demikian kekhawatiran tentang langkah selanjutnya pembuat kebijakan menjaga sentimen tetap terkendali menjelang pertemuan Federal Reserve (Fed) di kemudian hari serta pertemuan bank sentral di Inggris dan Eropa pada Kamis (5/12/2022). Investor juga waspada terhadap ekonomi global, meskipun China telah dibuka kembali dari pembatasan COVID yang ketat.

Indeks Harga Konsumen (IHK) AS meningkat 0,1 persen bulan lalu, 0,2 poin persentase lebih lambat dari perkiraan para ekonom, dan dalam 12 bulan hingga November, IHK utama naik 7,1 persen - laju paling lambat dalam sekitar satu tahun.

Pasar Eropa ditetapkan untuk pembukaan yang lebih tinggi dengan pan-region Euro Stoxx 50 berjangka naik 0,15 persen, Indeks DAX berjangka Jerman datar, dan Indeks FTSE berjangka naik 0,05 persen. Saham berjangka AS, e-mini S&P 500 naik 0,35 persen.

Di Asia, indeks saham Asia-Pasifik terluas MSCI di luar Jepang terangkat 1,0 persen. Indeks naik 1,2 persen sejauh bulan ini. Indeks Nikkei Jepang berakhir naik 0,72 persen, sementara Indeks S&P/ASX 200 saham Australia ditutup naik 0,67 persen.

Saham-saham China dan Hong Kong juga melonjak pada Rabu, karena pelonggaran pembatasan COVID-19 dan fokus kembali pada pertumbuhan ekonomi mendukung sentimen.

Baca juga: Saham China perpanjang kerugian, Indeks Shanghai terkikis 0,09 persen

Indeks saham unggulan China CSI 300 berakhir menguat 0,23 persen, Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup naik 0,39 persen dan Indeks KOSPI Korea Selatan menetap 1,13 persen lebih tinggi.

"Jika IHK turun dan China sepenuhnya dibuka kembali, itu masih belum cukup untuk menjadikan lebih antusias di pasar Asia, karena kita menghadapi skenario di mana pasar yang lebih maju, pasar utama menghadapi lingkungan resesi pada tahun 2023," kata Manajer Portofolio Janus Henderson Investors, Sat Duhra.

"Akan ada beberapa keuntungan dari pembukaan kembali China, tapi saya pikir itu tidak cukup untuk mengimbangi yang negatif."

Semalam Wall Street melonjak, sebelum memangkas kenaikan membuat S&P 500 naik 0,7 persen pada penutupan. Indeks naik hampir 2,8 persen pada satu tahap, sedangkan Nasdaq naik sebanyak 3,8 persen sebelum ditutup 1,0 persen lebih tinggi.

Dolar, yang jatuh dari tertinggi 20 tahun karena ekspektasi suku bunga AS mundur, turun secara luas dan tajam, sementara obligasi menguat.

Imbal hasil obligasi AS 10 tahun turun 11 basis poin semalam dan stabil di 3,4956 persen di perdagangan sore Asia. Imbal hasil dua tahun, yang mengikuti ekspektasi suku bunga jangka pendek, menyentuh 4,2053 persen dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 4,229 persen.

Baca juga: Dolar jatuh setelah data inflasi AS lemah, fokus pasar beralih ke Fed

Dolar AS turun 1,5 persen terhadap yen setelah data inflasi dan stabil di 135,37 yen di Asia. Indeks dolar AS, yang melacak greenback terhadap sekeranjang mata uang mitra dagang utama lainnya, turun ke level terendah enam bulan di 103,57, sebelum stabil di 104,04. Indeks turun lebih dari 9 persen dari level tertinggi dua dekade yang dibuat pada September.

Pasar berjangka memperkirakan Fed akan memperlambat laju kenaikan, tetapi masih menaikkan kisaran target suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi antara 4,25 persen dan 4,5 persen pada Rabu.

"Sekarang ada tanda-tanda yang jelas bahwa inflasi melemah, namun masih pada level tinggi," kata Kepala Transaksi Prime Brokerage Maybank Securities, Tareck Horchani, di Singapura.

"Pasar ingin tahu apakah Fed akan mengubah sikap mereka," katanya, dengan proyeksi median pada September menunjukkan akan mencapai puncak suku bunga dana Fed sekitar 4,6 persen tahun depan.

Minyak dibawa 1,0 persen lebih tinggi dengan sentimen yang lebih luas, sebelum memangkas keuntungan sedikit di Asia dengan Brent berjangka bertahan di 80,35 dolar AS per barel dan minyak mentah AS di 75,12 dolar AS per barel.

Baca juga: Minyak turun karena lonjakan stok AS timbulkan keraguan permintaan
 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022