Jakarta (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menutup serangkaian program inkubasi Startup Studio Indonesia (SSI) Batch 5 dengan acara Milestone Day.

Setelah menjalani lima bulan pelatihan, 15 startup yang terpilih dari ribuan pendaftar, mempresentasikan bisnis dan pencapaiannya selama mengikuti program SSI, di hadapan para pemangku kepentingan seperti lembaga pemerintah dan venture capital.

Baca juga: Dua tahun progam inkubator SSI luluskan 80 startup

“Layaknya sektor bisnis lain, lanskap ekonomi digital startup akan terus berubah. Kini, sejak tahap awal startup dituntut untuk bisa mengejar profitabilitas dan pertumbuhan yang seimbang," kata Koordinator Startup Digital Sonny Hendra Sudaryana dalam pernyataan resmi, Jumat.

Karena itu, katanya, penting bagi para founders untuk memiliki visi jangka panjang, memaksimalkan kesempatan yang ada dan menciptakan solusi tantangan ekonomi dan sosial yang inovatif.

Ia menambahkan, “Kominfo akan selalu berkomitmen mendukung startup yang ingin menyelesaikan tantangan riil dalam masyarakat, yaitu dengan penentuan regulasi yang tepat, pelatihan talenta digital, pembentukan komunitas, serta pemberian akses terhadap jaringan ahli startup melalui program SSI ini," kata dia menambahkan.

Baca juga: SSI masuki "batch" lima, ini cara pesan para coach

Setelah program SSI Batch 5 selesai, Kemenkominfo masih akan terus memantau kemajuan dari masing-masing peserta melalui Program Alumni, di mana startup akan menjalani sesi coaching tambahan dan pertemuan rutin setiap bulan selama satu tahun dengan tim SSI.

Kurikulum yang dirancang pun berdasarkan kebutuhan unik startup setiap batch, agar alumni bisa mendapatkan solusi yang tepat sasaran.

Startup-startup SSI Batch 4 alumni SSI adalah Alterstay (platform ekosistem akomodasi alternatif), Automa (platform rantai pasok berkelanjutan), Bioma (marketplace sewa peralatan elektronik), Broom (platform ekosistem digital jual-beli kendaraan), FazPass (CitCall) (solusi omnichannel untuk verifikasi), DotX (platform koperasi kredit untuk karyawan), dan Eduku (platform edutech).

Kemudian, Eratani (platform agritech penyedia solusi end-to-end bagi petani), Kanva (e-commerce produk lokal untuk kebutuhan dekorasi rumah), Metion (solusi rantai pasok daging lokal), MyRobin.id (platform outsourcing penyalur tenaga kerja keseharian on-demand), MySkill (platform persiapan karir dan pengembangan skill), Nona Woman (platform kesehatan perempuan khusus untuk para nona Indonesia), Shafiq (platform investasi syariah secara urun dana), dan Tripwe (marketplace aktivitas petualangan wisata).

Baca juga: Tujuh "startup" jebolan SSI sukses naik kelas

Perlu biasakan “bootstrapping

Dengan kondisi ekonomi makro yang kurang kondusif, sebagian orang menyebut bahwa periode ini merupakan tech winter, fase dimana bisnis sektor teknologi mengalami penurunan pertumbuhan dan pendanaan.

Kondisi ini menuntut para startup untuk merestrukturisasi perusahaan, mengevaluasi bisnis secara keseluruhan, dan melakukan beberapa perubahan fundamental.

Misalnya saja, per Desember 2022, lebih dari 20 startup Indonesia telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada ratusan karyawannya, demi mengerek efisiensi biaya operasional.

Berbeda dengan 8 tahun lalu, investor sekarang ingin melihat net revenue yang positif setelah semua biaya marketing dan subsidi. Sehingga, perusahaan dapat lebih cepat profitable. Hal ini yg kami sudah lakukan sejak dahulu sehingga kami tidak memerlukan investasi dalam jumlah besar untuk mengembangkan Dekorum.

"Fokus kami selalu membangun fondasi bisnis yang sustainable.” ujar Dimas Harry Priawan, CEO dan Co-founder Dekoruma.

Bootstraping juga bisa menjadi strategi yang baik bagi kita untuk saling mengenal partner bisnis, fokus hiring roles esensial, dan belajar berbagai aspek lainnya terutama saat di awal.

Startup yang baru saja menerima dana segar investor pun perlu memprioritaskan penggunaannya untuk pertumbuhan yang berkelanjutan, misalnya untuk riset dan memahami kebutuhan konsumen, alih-alih untuk mengejar kompetitor atau tren.

Sebagai acuan, startup bisa menggunakan formula 60-30-10 — di mana 60 persen dana untuk pengembangan fitur yang ada, 30 untuk inovasi fitur baru, dan 10 persen untuk eksperimen solusi baru.

Formula ini bisa membantu startup untuk lebih fokus mencapai PMF tanpa terlalu agresif dengan pengeluaran dana.

Afra Sausan, Co-Founder dan CMO Biteship, menjelaskan, “Dari pengalaman Biteship yang baru menerima funding, kami menghindari penggunaan dana funding untuk menutupi biaya operasional ataupun hutang, karena hal tersebut bisa membuat startup bergantung pada dana eksternal untuk menjalankan bisnis."

Dan yang perlu dihindari juga adalah membuat keputusan yang terburu-buru atau terlalu berisiko, karena perkembangan di tahap awal (early stage) adalah masa yang paling krusial, sehingga harus berhati-hati dan strategis dalam mengelola apa yang kita punya.”

Untuk membantu startup tahap awal dalam menavigasi lanskap ekonomi digital yang terus berubah, Kemenkominfo akan terus melanjutkan program Startup Studio Indonesia dengan target meluluskan 150 startup digital di tahun 2024.

Harapannya, para startup alumni SSI mampu mengembangkan skala bisnisnya – baik dari segi jumlah pengguna, jumlah pendapatan, penyerapan tenaga kerja, dan pendanaan dari venture capital – pasca mengikuti pelatihan.

SSI merupakan program persembahan Kominfo yang bertujuan untuk mendampingi dan membina para startup tahap awal (early-stage) selama 15 minggu agar bisa menemukan product-market fit (PMF).

Sejauh ini, SSI telah menuntaskan 5 batch pelatihan, dengan total 80 alumni startup berprestasi. Berdasarkan data, total pendanaan yang tersalur ke startup alumni SSI Batch 1-3 hingga Mei 2022 mencapai Rp332,1 miliar.


Baca juga: Lima belas startup SSI batch 4 masuki tahap akhir program inkubasi

Baca juga: Kemarin, Yokai Parade hingga sambut HUT Jakarta dengan kuliner Betawi

Baca juga: "Start up" alumni SSI raih pendanaan Rp332,1 miliar

Pewarta: Suryanto
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022