Diperlukan perubahan tata kelola dalam mendukung terserapnya angkatan kerja baru. Penyerapan tenaga kerja ini perlu mendapatkan prioritas karena kendala utama ada di terbatasnya lapangan pekerjaan
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi B Sukamdani mengatakan, kesesuaian kompetensi dan wirausaha merupakan kunci serapan tenaga kerja.

Oleh karena itu, Haryadi menekankan perlunya kerja sama antara industri, lembaga pendidikan tinggi, dan pemerintah.

“Diperlukan perubahan tata kelola dalam mendukung terserapnya angkatan kerja baru. Penyerapan tenaga kerja ini perlu mendapatkan prioritas karena kendala utama ada di terbatasnya lapangan pekerjaan,” kata Hariyadi lewat keterangannya di Jakarta, Jumat.

Hal itu disampaikan pada Integrated Career Expo yang merupakan kegiatan bursa karir kolaborasi antara Universitas Pertamina (UPER) dan Apindo yang berlangsung pada 12-15 Desember 2022.

Haryadi memaparkan, di era globalisasi dan perubahan teknologi yang demikian cepat perubahannya, diperlukan angkatan kerja yang mempunyai kompetensi tinggi dalam bidang-bidang tertentu.

Untuk itu, diperlukan adanya sinergi antara dunia Pendidikan dengan dunia usaha melalui sistem vokasi.

Hariyadi menambahkan, Apindo di samping menciptakan angkatan kerja kompetensi tinggi, pihaknya mendorong pengembangan jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa untuk meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan, guna meningkatkan daya serap lulusan universitas.

Kegiatan yang diikuti oleh berbagai perusahaan anggota Apindo tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi para mahasiswa maupun alumni UPER untuk berinteraksi bersama representatif dari berbagai perusahaan anggota Apindo.

Dalam rangkaian Career Expo tersebut, sejumlah 23 perusahaan anggota APINDO mengikuti jobfair yang digelar secara offline dan online dengan membuka kurang lebih 200 posisi jabatan kerja.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Nizam mengemukakan di era disrupsi, pesatnya perkembangan industri juga menjadi kendala rendahnya daya serap angkatan kerja baru.

Sehingga terjadi ketidaksesuaian (mismatch) kompetensi antara tenaga kerja dengan kebutuhan industri.

Pernyataan Nizam selaras dengan temuan Lembaga Demografis Universitas Indonesia dalam survei angkatan kerja nasional 2015.

Vertical mismatch atau ketidaksesuaian pekerjaan dengan tingkat pendidikan dan upah di Indonesia mencapai 53,33 persen. Sementara itu, horizontal mismatch atau ketidaksesuaian kualifikasi pekerjaan dengan latar pendidikan mencapai 60,52 persen.

“Maka dari itu, perguruan tinggi harus bisa menyiapkan talenta untuk dunia yang kita tidak tahu akan jadi seperti apa. Dunia industri dan akademik harus bekerja sama dalam menghasilkan lulusan yang flexible, agile, dan adaptable terutama terhadap perubahan digitalisasi,” ujar Nizam.

Rektor Universitas Pertamina, I Gusti Nyoman Wiratmaja mengatakan, untuk semakin meningkatkan kompetensi lulusan yang terampil dan siap kerja, diperlukan sinergi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan dunia usaha.

"Program permagangan industri baik di perusahaan-perusahaan ekosistem Pertamina maupun lainnya, merupakan upaya Universitas Pertamina dalam menghasilkan lulusan yang siap kerja. Juga didukung oleh dosen praktisi yang memberikan wawasan riil dunia industri," ujar Wirat.

Kegiatan yang digelar tersebut dinilai merupakan salah satu bentuk triple helix, suatu kolaborasi yang ideal antara universitas dan dunia usaha yang didukung oleh pemerintah.

Baca juga: Apindo: Indonesia perlu serap lebih banyak investasi padat karya
Baca juga: Apindo memproyeksi pertumbuhan ekonomi capai 5,65 persen di 2023
Baca juga: Apindo nilai kenaikan UMK harus disesuaikan kondisi global

 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022