Harus ada kesepakatan bahwa meskipun kondisi ekonomi global sedang tidak bagus tapi diharapkan semua anggota APEC tidak melakukan proteksionisme."
Jakarta (ANTARA News) - Pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan salah satu pembahasan dalam KTT APEC yang berlangsung di Vladivostok, Rusia pada 8-9 September 2012 adalah mengenai larangan setiap negara untuk melakukan proteksionisme.

"Harus ada kesepakatan bahwa meskipun kondisi ekonomi global sedang tidak bagus tapi diharapkan semua anggota APEC tidak melakukan proteksionisme," ujarnya di Jakarta, Selasa.

Bambang mengatakan masalah proteksionisme menjadi salah satu keprihatinan negara anggota karena ada kemungkinan negara yang mengalami krisis melakukan hal tersebut untuk melindungi produksi dalam negeri.

"Muncul kekhawatiran kalau misalnya semua negara merasa prospeknya tidak bagus, ada semangat proteksionisme. Karena APEC itu adalah forumnya perdagangan, maka kekhawatiran ini yang mungkin akan dibawa ke KTT," ujarnya.

Ia mengatakan masalah tersebut juga menjadi salah pembahasan dalam pertemuan tingkat Menteri Keuangan APEC dan akan dibawa dalam KTT tingkat kepala negara yang dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Saya pikir dari segi Indonesia itu kita setuju, karena tidak ada upaya Indonesia untuk melakukan proteksionisme," kata Bambang.

Selain itu, dalam forum yang akan berlangsung dua hari, APEC juga membahas mengenai keberlangsungan dan ketahanan fiskal agar resesi yang berlangsung di Eropa tidak ikut terjadi di kawasan Asia Pasifik.

"APEC ingin lebih serius karena tidak ingin kejadian di wilayah Eropa terulang di Asia Pasifik. Artinya mengenai masalah utang pemerintah akan selalu jadi bagian dari pengawasan atau sharing bersama dari anggota APEC," katanya.

Menurut dia, APEC memasukkan agenda pembahasan ini karena India mulai mengalami perlambatan ekonomi dan Vietnam terkena laju inflasi tinggi, padahal ketahanan ekonomi Asia Pasifik sangat penting dalam menghadapi krisis.

"Ada kekhawatiran daya tahan wilayah Asia Pasifik terhadap kondisi ekonomi global. Ini yang jadi pembahasan bagaimana Asia Pasifik sebagai satu kesatuan bisa menyiapkan atau mempertahankan diri terhadap kemungkinan pelemahan ekonomi global," katanya.

Terkait isu modernitas sistem perbendaharaan negara, Bambang mengatakan Indonesia siap melakukan hal itu karena telah memiliki sistem otomatis yang mempercepat birokrasi dan administrasi pencairan anggaran.

"Indonesia punya SPAN atau sistem perbendaharaan negara yang basisnya teknologi informasi sehingga masalah pencairan uang dan masalah pembelanjaan itu bisa berlangsung lebih cepat dan akuntabel," ujarnya.

Bambang mengatakan KTT APEC tidak akan berbicara banyak mengenai ketahanan energi, namun forum akan membicarakan mengenai perubahan iklim yang mempengaruhi produksi pangan di Amerika Serikat (AS) dan melahirkan krisis pangan ke seluruh dunia.

"Musim kering di AS jadi kekhawatiran karena AS salah satu sumber pangan dunia, untuk kedelai dan jagung, sehingga semua negara baru sadar bahwa kalau ada apa-apa di AS itu pengaruhnya langsung ke seluruh negara di dunia," ujarnya.

Dengan demikian, ia menambahkan semangat dari negara APEC untuk meningkatkan produksi dan menjaga lingkungan dalam menjaga ketahanan pangan harus dilakukan karena masalah ini menjadi sangat krusial untuk dibicarakan.

"Climate change itu benar-benar menjadi perhatian karena kita baru sadar dampaknya seperti ini, bahayanya ketahanan pangan ini kita tidak pernah perkirakan sebelumnya. Kalau negara terkena krisis pangan ini ternyata tidak gampang," kata Bambang. (ANT)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012