Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan dua balita di Desa Karta, Kecamatan Sukamara, Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah, terkena stunting akibat mengkonsumsi terlalu banyak air mentah.

“Salah satu faktor penyebab stunting dari hasil audit itu adalah sebagian besar masyarakat yang kerap meminum air mentah atau air tanpa dimasak terlebih dahulu,” kata Plt Kepala BKKBN Perwakilan Kalimantan Tengah Dadi Ahmad Ruswandi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Dadi menuturkan temuan dua kasus itu didapat melalui audit kasus stunting melalui kunjungan kepada keluarga berisiko stunting pada bulan September dan Oktober 2022.

Berdasarkan hasil audit kasus stunting dan monitoring yang dilakukan BKKBN bersama Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), stunting pada kedua balita itu disebabkan ibu dan ayah yang merokok, mengonsumsi air mentah, sanitasi yang kurang baik, banyaknya jumlah anggota di rumah.

Baca juga: BKKBN Sulsel dan wabup se-Sulsel rapat evaluasi penurunan stunting

Penyebab lainnya adalah ibu memiliki riwayat Kekurangan Energi Kronis (KEK), ibu tidak telaten memberi makanan pada anak, faktor ekonomi yang kurang, rumah kurang pencahayaan, tidak memiliki jamban dan air bersih.

Hal itu membuktikan jika stunting tidak hanya terjadi karena asupan energi dan protein hewani dan nabati yang kurang, ditandai dengan berat badan tampak kurus, gizi kurang dan pendek.

Menurut dia, kondisi ini memprihatinkan, karena prevalensi stunting di Kabupaten Sukamara mencapai 24,7 persen.

Sementara dari hasil Pendataan Keluarga tahun 2021 (PK-21) BKKBN mencatat jumlah keluarga di Kabupaten Sukamara sebanyak 13.111 keluarga. Dari jumlah tersebut, sebanyak 5.041 keluarga berisiko stunting.

Baca juga: Kalteng optimistis mampu realisasikan target penurunan stunting 2024

Sedangkan sebanyak 1.291 keluarga memiliki baduta (0-23 bulan), 2.553 keluarga memiliki balita (24-59 bulan), dan ada 395 ibu hamil.

Dalam kunjungannya pula, dilakukan penyerahan bantuan paket kebutuhan pokok untuk menunjang kebutuhan gizi keluarga berupa beras, telur, minyak goreng, dan biskuit.

“Saya berharap Tim Pendamping Keluarga (TPK) bekerja sama dengan pakar dan ahli, agar benar-benar mendampingi dan memastikan semua sasaran yang berisiko stunting mendapatkan intervensi yang tepat sesuai faktor risiko,“ kata Dadi.

Wakil Bupati Sukamara Ahmadi menambahkan, Pemerintah Kabupaten Sukamara melalui TPPS akan terus memperkuat penanganan permasalahan stunting secara bersama-sama dengan lintas sektor terkait.

Baca juga: BKKBN Sulsel gencarkan sosialisasi Program DASHAT cegah stunting

“Hal ini menjadi komitmen saya selaku Ketua TPPS, untuk menanggulangi serta melakukan turun langsung ke lapangan guna melihat dan memberi edukasi kepada keluarga risiko stunting sehingga nantinya permasalahan stunting bisa tuntas,” kata Ahmadi.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022