Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dan Norwegia sepakat akan meningkatkan kerja sama sektor energi dengan fokus pada tiga bidang, yakni minyak, gas, dan hidro. Duta Besar RI untuk Norwegia, Retno LP Marsudi, di Jakarta, Minggu, mengatakan peningkatan kerja sama tersebut akan diwujudkan dalam berbagai pertemuan baik konsultasi, bisnis, maupun eksibisi. "September 2006, dijadwalkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Energi Norwegia di Oslo. Selanjutnya, pada Nopember 2006, giliran rombongan besar Norwegia yang berkunjung ke Jakarta," katanya. Pada Jumat (5/5), Retno berkesempatan bertemu dengan Sekjen Departemen ESDM, Luluk Sumiarso, guna membicarakan berbagai upaya peningkatan kerja sama tersebut. Retno mengemukakan di bidang minyak, Norwegia memiliki teknologi perminyakan yang sudah maju, khususnya pada sumur marjinal atau kurang bernilai ekonomis. "Indonesia bisa menarik investor dari Norwegia guna menggarap sumur-sumur tersebut," katanya. Saat ini, diperkirakan ada sebanyak 300 lapangan marjinal yang tersebar di Indonesia khususnya Sumatera dan Kalimantan. Pemerintah menyatakan akan memberikan insentif bagi pengembangan lapangan migas marjinal tersebut dengan melebihkan "cost recovery"-nya (pengembalian biaya produksi). Selain itu, kata Retno, Norwegia juga memiliki surplus minyak yang cukup tinggi. Negara tersebut menjadi eksportir minyak ketiga terbesar di dunia dengan produksi tiga juta barel per hari. "Norwegia juga mempunyai Oil Fund dengan senilai 1,3 miliar dolar AS," tambahnya. Di bidang gas, lanjut Retno, Norwegia juga telah memiliki transportasi gas dengan menggunakan kapal laut yang cukup maju. Saat ini, Norwegia menjadi pemasok gas ketiga terbesar di Uni Eropa. "Mereka juga tengah mengerjakan transportasi gas melalui pipa," katanya. Untuk kerja sama di bidang hidro, Retno menambahkan, Norwegia menyatakan berminat membangun PLTA berkapasitas 130 MW di Kusan, Kaltim. Selain Kusan, Norwegia juga tertarik membangun PLTA di Sinjai, Sulsel senilai 18 juta dolar AS. (*)

Copyright © ANTARA 2006