Denpasar (ANTARA) -
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga menggandeng Srikandi PLN memberdayakan ratusan perempuan penyintas kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang ada di Provinsi Bali.
 
Bintang Puspayoga, sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis bidang hubungan masyarakat PLN Unit Distribusi Bali, yang diterima di Denpasar, Bali, Senin, secara khusus memberikan perhatian pada masalah kekerasan terhadap perempuan karena fenomena ini seperti gunung es yang kasusnya masih banyak tidak dilaporkan.
 
Oleh karena itu, peran semua pihak khususnya sesama perempuan sangat penting untuk memperhatikan kondisi fisik dan psikis para penyintas melalui pemberian pendampingan yang serius dan konsisten melalui sinergi dan kolaborasi lintas komunitas atau instansi.

Baca juga: Menteri PPPA : kebijakan Pemda bantu turunkan kasus kekerasan
 
“Ketika berbicara mengenai isu perempuan, maka kita akan bicara berbagai isu dari lintas sektoral dengan tantangan budaya patriarki yang begitu tebal di Indonesia, apalagi sekitar 49,48 persen penduduk Indonesia merupakan perempuan, sehingga pekerjaan rumahnya pun banyak,” kata dia.
 
Sebagai bagian dari momentum perayaan Hari Ibu, Puspayoga mendorong berbagai pihak agar menjadi penyemangat bagi perempuan Indonesia, karena tidak ada yang tidak mungkin bagi perempuan untuk berprestasi atau memberi kontribusi positif bagi negeri ini asalkan diberikan kesempatan.
 
“Teruslah berkarya menjadi perempuan mandiri dan tangguh, serta inovatif dan kreatif bagi keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Perempuan berdaya, Indonesia maju,” demikian Bintang Puspayoga menyemangati ratusan perempuan saat merayakan Hari Ibu di Bangli, Bali.
 
Sementara itu, Ketua Umum Gugus Tugas Srikandi PLN Sinthya Roesli mengatakan perempuan yang kerap termarjinalkan, seperti halnya penyintas kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebetulnya mampu bangkit dan mengambil alih perekonomian mereka untuk mendukung keluarganya.

Baca juga: Menteri PPPA dorong masyarakat laporkan kekerasan perempuan dan anak
 
Oleh karena itu, untuk mendukung para penyintas tersebut, PLN melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PLN Peduli, bekerja sama dengan berbagai pihak salah satunya dengan Yayasan Benih Baik Indonesia menggelar serangkaian pelatihan yang relevan dengan kebutuhan mereka.
 
“Program yang diinisiasi antara lain pelatihan paralegal oleh LBH Bali Women Crisis Center (WCC) yang telah diikuti oleh 300 peserta dari Tabanan, Denpasar, Bangli, dan Badung, sehingga kami berharap kesuksesan ini dapat menjadi role model untuk dikembangkan di daerah lain,” kata dia.
 
Sinthya menjelaskan pelatihan lainnya untuk peningkatan perekonomian juga disertakan dalam program bersama, seperti pelatihan kerajinan aksesoris, pembuatan dupa, dan kuliner berbasis rumahan yang diharapkan hasilnya mampu membangkitkan semangat bagi para penyintas agar semakin berdaya.
 
Dalam program pemberdayaan perempuan oleh PLN Peduli turut dihadirkan pula Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mina Lestari Batu Lumbung. Kelompok ini fokus pada pelestarian mangrove yang sekaligus memanfaatkan mangrove untuk dijadikan berbagai komoditas antara lain kopi, sirup, camilan ringan, teh yang berbahan dasar buah lindur mangrove serta produk kerajinan ecoprint dengan teknik pewarnaan alami dari limbah buah mangrove.

Baca juga: Kemen PPPA harapkan Pemda perkuat regulasi ramah perempuan
 
Saat ini, PLN melalui perusahaan Sub Holding PT Indonesia Power berkomitmen untuk melaksanakan capacity building, penambahan sarana dan prasarana pendukung untuk meningkatkan motivasi dan memberi semangat bagi ibu-ibu, istri nelayan yang sempat terpuruk perekonomiannya saat COVID-19 merebak.

Pewarta: Rolandus Nampu
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022