Singapura (ANTARA) - Saham Asia menguat pada awal perdagangan Rabu pagi, sementara dolar melemah setelah melonjak tajam semalam, dengan investor sangat menunggu risalah dari pertemuan terakhir Federal Reserve untuk mengukur jalur ke depan kenaikan suku bunga.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang terangkat 0,91 persen, berada di jalur untuk kenaikan hari ketiga berturut-turut untuk tahun ini. Indeks anjlok 20 persen pada 2022. Indeks Nikkei Jepang kehilangan 1,12 persen pada awal perdagangan, sementara indeks S&P/ASX 200 Australia naik 1,28 persen.

Semalam indeks-indeks utama Wall Street ditutup lebih rendah dengan hambatan terbesar dari Tesla dan Apple ketika pasar ekuitas AS memulai tahun ini dengan lambat setelah kerugian tahunan tertajam sejak 2008 pada 2022.

Saham China dibuka datar, sementara Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka sekitar 1,0 persen lebih tinggi. Investor telah menaruh harapan mereka pada pemulihan era pasca-COVID yang cepat di China setelah negara itu mulai membongkar pembatasan yang ketat.

"Pasar telah membuat awal yang cukup tentatif untuk tahun ini... (dan) masih bergulat dengan gagasan tentang apa yang akan kita lihat dari The Fed tahun ini," kata Kepala Penelitian Asia-Pasifik ING, Rob Carnell.

"Ada dua kubu di luar sana dan mereka bergulat untuk mendominasi dalam hal pandangan. Beberapa hari kemenangan yang lebih tinggi untuk yang lebih lama, beberapa hari kemenangan kubu yang lebih tinggi dari yang lebih rendah," kata Carnell.

Baca juga: Saham Asia dibuka melemah, tertekan kekhawatiran lonjakan COVID China

Risalah dari pertemuan Desember Fed, ketika bank sentral itu memperingatkan suku bunga mungkin perlu tetap lebih tinggi lebih lama, akan dirilis pada Rabu.

Investor akan mengurai risalah untuk mencari tahu apakah kemungkinan pengetatan kebijakan lebih lanjut.

Pasar memperkirakan penurunan suku bunga untuk akhir 2023, dengan fed fund berjangka menyiratkan kisaran 4,25 persen hingga 4,5 persen pada Desember.

Investor akan mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang pasar tenaga kerja AS minggu ini, dengan beberapa data dijadwalkan dalam minggu ini, yang berpuncak pada laporan ketenagakerjaan pada Jumat (6/1/2023). Pasar pekerjaan yang melemah dipandang sebagai salah satu bagian penting yang diperlukan untuk meyakinkan Fed guna mulai memperlambat jalur pengetatan moneternya.

"Masih terlalu dini untuk mulai bertaruh pada perubahan arah Fed tahun ini dan itu akan membuat lingkungan yang sulit bagi saham," kata Analis Pasar Senior Oanda, Edward Moya, di New York.

Di pasar mata uang, euro naik 0,14 persen menjadi 1,0561 dolar pada jam-jam awal Asia, tidak jauh dari posisi terendah tiga minggu di 1,0519 dolar yang disentuh semalam. Perlambatan yang mengejutkan dalam inflasi Jerman mengangkat obligasi Jerman dan mengirim mata uang bersama meluncur lebih rendah.

Baca juga: Dolar menguat di awal sesi Asia, ditopang pelambatan Inflasi Jerman

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya turun 0,162 persen setelah naik 1,0 persen semalam. Sterling terakhir diperdagangkan pada 1,1983 dolar, naik 0,14 persen. Pound sterling turun 0,7 persen semalam.

Imbal hasil pada obligasi Pemerintah AS 10-tahun turun 5,7 basis poin menjadi 3,735 persen, sedangkan imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 30-tahun turun 4,5 basis poin menjadi 3,846 persen.

Imbal hasil obligasi Pemerintah AS dua tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, turun 3,7 basis poin menjadi 4,368 persen.

Harga minyak stabil pada Rabu pagi setelah turun 4,1 persen pada Selasa (3/1/2022), penurunan harian terbesar dalam lebih dari tiga bulan, tertekan oleh data permintaan yang lemah dari China, prospek ekonomi yang suram dan dolar AS yang lebih kuat.

Harga minyak mentah AS diperdagangkan 0,08 persen lebih rendah pada 76,87 dolar AS per barel dan Brent naik 0,04 persen menjadi diperdagangkan 82,13 dolar AS per barel.

Baca juga: Harga minyak relatif stabil di Asia, pasar tunggu hasil pertemuan Fed

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023