Singapura (ANTARA) - Pasar saham Asia naik tajam pada perdagangan Rabu, didorong oleh saham Hong Kong, sementara dolar melemah dengan investor sangat menunggu risalah dari pertemuan terakhir Federal Reserve (Fed) untuk mengukur jalan ke depan buat suku bunga.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang terangkat 1,3 persen dan bersiap untuk kenaikan hari ketiga berturut-turut untuk tahun ini. Indeks MSCI jatuh 20 persen pada 2022, kinerja terburuk sejak 2008.

Kontrak berjangka menunjukkan suasana yang menggembirakan kemungkinan akan berlanjut di Eropa, dengan Eurostoxx 50 berjangka naik 0,36 persen, Indeks DAX berjangka Jerman naik 0,36 persen dan Indeks FTSE berjangka 0,27 persen lebih tinggi. E-mini berjangka untuk S&P 500 naik 0,16 persen.

Risalah dari pertemuan Desember Fed, ketika memperingatkan suku bunga mungkin perlu tetap lebih tinggi lebih lama, akan dirilis pada Rabu. Investor akan mengurai risalah untuk mencari tahu apakah pengetatan kebijakan lebih mungkin terjadi.

"Pasar telah membuat awal yang cukup tentatif untuk tahun ini... (dan) masih bergulat dengan gagasan tentang apa yang akan kita lihat dari The Fed tahun ini," kata Kepala Penelitian Asia-Pasifik ING, Rob Carnell.

Baca juga: Saham Asia dibuka menguat & dolar melemah, pasar fokus risalah The Fed

"Ada dua kubu di luar sana dan mereka bergulat untuk mendominasi dalam hal pandangan. Beberapa hari kemenangan yang lebih tinggi untuk yang lebih lama, beberapa hari kemenangan kubu yang lebih tinggi dari yang lebih rendah," kata Carnell.

Bank sentral AS mengatakan bulan lalu ketika menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin bahwa suku bunga terminal mungkin perlu tetap lebih tinggi lebih lama untuk melawan inflasi.

Namun pasar memperkirakan penurunan suku bunga untuk akhir 2023, dengan fed fund berjangka menyiratkan kisaran 4,25 persen hingga 4,5 persen pada Desember.

Investor akan mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang pasar tenaga kerja AS minggu ini, dengan beberapa data dijadwalkan dalam minggu ini, yang berpuncak pada laporan ketenagakerjaan pada Jumat (6/1/2023). Pasar pekerjaan yang melemah dipandang sebagai salah satu bagian penting yang diperlukan untuk meyakinkan Fed untuk mulai memperlambat jalur pengetatan moneternya.

"Masih terlalu dini untuk mulai bertaruh pada perubahan arah Fed tahun ini dan itu akan membuat lingkungan yang sulit bagi saham," kata Analis Pasar Senior Oanda, Edward Moya, di New York.

Baca juga: Harapan pembukaan China angkat mata uang berisiko jelang risalah Fed

Di Asia, Indeks Nikkei Jepang ditutup merosot 1,45 persen, sementara Indeks S&P/ASX 200 Australia berakhir naik 1,63 persen.

Saham China naik dengan indeks saham unggulan CSI 300 berakhir menguat 0,13 persen, sementara Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melonjak 322 persen ke level tertinggi sejak Juli, karena investor tetap optimis tentang pemulihan pasca-COVID setelah China membongkar kebijakan "nol-COVID" yang ketat.

Di pasar mata uang, euro naik 0,18 persen menjadi 1,0565 dolar, keluar dari level terendah tiga minggu di 1,0519 dolar yang disentuh semalam. Perlambatan yang mengejutkan dalam inflasi Jerman mendorong penguatan dan mengirim mata uang bersama meluncur pada Selasa (3/1/2023).

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang lainnya turun 0,21 persen, setelah naik 1,0 persen semalam. Sterling terakhir diperdagangkan pada 1,1981 dolar, naik 0,13 persen hari ini, setelah tergelincir 0,7 persen semalam.

Yen Jepang menguat 0,12 persen versus greenback menjadi 130,85 per dolar.

Baca juga: Dolar menguat di awal sesi Asia, ditopang pelambatan Inflasi Jerman
 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023