Pelaku pasar nampak bersikap hati-hati menantikan pidato Jerome Powell
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore ditutup melemah seiring pelaku pasar yang menantikan pidato Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve.

Rupiah ditutup melemah 8 poin atau 0,05 persen ke posisi Rp15.576 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.568 per dolar AS.

"Pelaku pasar nampak bersikap hati-hati menantikan pidato Jerome Powell," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, Selasa.

Powell akan berpartisipasi pada panel diskusi simposium di Stockholms. Pelaku pasar menantikan pernyataan dari Powell yang mungkin menyinggung kebijakan The Fed ke depannya.

Saat ini, mayoritas pasar berekspektasi The Fed hanya akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan awal Februari mendatang, menjadi penyebab pelemahan dolar sejak awal 2023.

Pada 2022, The Fed sudah melakukan kenaikan suku bunga secara agresif yang menopang penguatan dolar AS secara signifikan, dan dengan terhentinya kebijakan agresif The Fed, berpeluang melemahkan sentimen beli dolar AS.

Tetapi pelaku pasar juga menantikan laporan indeks harga konsumen (IHK) AS pada Kamis (12/1) yang biasanya mencerminkan tingkat inflasi di sana.

Jika IHK naik, tidak menutup kemungkinan The Fed akan kembali menaikkan tingkat suku bunga lebih besar dari rencana semula, sehingga dapat menopang dolar AS menguat.

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp15.573 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.573 per dolar AS hingga Rp15.604 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa melemah ke posisi Rp15.589 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp15.574 per dolar AS.

Baca juga: Dolar lesu karena Fed mungkin dekati akhir siklus kenaikan suku bunga
Baca juga: Emas terangkat 8,10 dolar AS didorong "greenback" lebih lemah
Baca juga: Minyak jatuh karena kekhawatiran suku bunga tinggi kurangi permintaan

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023