Ambon (ANTARA) - Kepala Kepolisian Resort (Kapolres) Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) Provinsi Maluku mengerahkan 200 personel untuk bersiaga menangani dampak gempa magnitudo (M) 7,9.

“Personel Polri seluruhnya sudah di lapangan, terutama dari jajaran Polsek sekitar 200 orang. Polsek yang dikerahkan adalah yang wilayah hukumnya mengalami kerusakan,” kata Kapolres Kepulauan Tanimbar AKBP Umar Wijaya, di Ambon, Selasa.

Ia mengatakan, aparat Polri, TNI, pemerintah daerah, badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) sementara masih melakukan pendataan terhadap kerugian yang dialami masyarakat.

“Siang tadi sementara dilaksanakan rapat koordinasi terpadu yang dipimpin oleh Bapak Penjabat Bupati Kepulauan Tanimbar,” ujarnya.

Baca juga: 92 rumah warga Tanimbar rusak pascagempa M 7,5

Baca juga: Sebuah pulau muncul di Kepulauan Tanimbar Maluku setelah gempa


Wijaya mengungkapkan terdapat dua korban jiwa yang meninggal yakni LR warga Kecamatan Wuarlabobar, dan MD Desa Lauran, Kecamatan Tanimbar Selatan.

“LR tertimpa runtuhan rumahnya, sementara  MD sedang menyelam ditinggal kawannya karena panik mau menyelamatkan keluarganya ke daerah ketinggian,” ujarnya.

Wijaya mengaku, kondisi saat ini masyarakat yang rumahnya rusak ringan sudah berada di rumah masing-masing, sedangkan yang rusak berat masih menumpang di keluarga terdekat.

“Kami tetap mengimbau masyarakat untuk tidak melaut hingga cuaca dan gelombang laut sudah dinyatakan aman,” katanya.

Ia meminta, apabila ada informasi yang meresahkan dan sumber diragukan agar segera konfirmasi kepada Kepala Desa, Babinkamtibmas, Babinsa atau langsung cek melalui akun atau media resmi milik pemerintah seperti BMKG dan lain sebagainya.

“Kami juga minta agar tetap pantau perkembangan cuaca melalui akun atau media resmi pemerintah,” kata Wijaya.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa yang terjadi pada Selasa, pukul 02.47 WIT, pusatnya berada di laut pada kedalaman 131 km di koordinat 7,25 Lintang Selatan dan 130,18 Bujur Timur, sekitar 148 km barat laut Maluku Tenggara Barat.

Gempa tersebut dirasakan pada skala V MMI di Kota Saumlaki; IV MMI di Dobo dan Tiakur; III-IV MMI di Alor, Waingapu, Waijelu, Lembata, Sorong, dan Kaimana; II-III di Kairatu, Merauke, Nabire, Tanah Merah, Wamena, Bakunase, Kolhua, Sabu, Rote, Ende, Amarasi Selatan, dan Kota Kupang; serta II MMI di Ambon dan Piru (Kabupaten Seram Bagian Barat).

Pada skala II MMI getaran dirasakan oleh beberapa orang dan menyebabkan benda-benda ringan yang digantung bergoyang dan pada skala III MMI getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa seakan ada truk berlalu.

Getaran pada skala IV MMI pada siang hari dirasakan oleh orang banyak di dalam rumah dan beberapa orang di luar rumah serta menyebabkan gerabah pecah, jendela/pintu berderik, dan dinding berbunyi.

Pada skala V MMI, getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, membuat banyak orang terbangun, serta menyebabkan gerabah pecah, barang-barang terpelanting, serta tiang-tiang dan barang besar bergoyang.*

Baca juga: BPBD Maluku: Satu warga meninggal di Tanimbar bukan karena gempa M7,9

Baca juga: Trauma gempa akibatkan pegawai Pemkab Tanimbar tidak masuk kerja


Pewarta: Winda Herman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023