Houston (ANTARA) - Administrasi Informasi Energi (Energy Information Administration/EIA) Amerika Serikat (AS) pada Selasa (10/1) memprediksi persediaan minyak global akan meningkat selama dua tahun ke depan dengan adanya lebih banyak produksi ketimbang konsumsi.

Sebagai akibatnya, menurut EIA dalam laporan Prospek Energi Jangka Pendek (Short-Term Energy Outlook/STEO) Januari, harga minyak mentah akan terus turun.

Laporan tersebut memperkirakan bahwa produksi global bahan bakar cair akan mencapai rata-rata 102,8 juta barel per hari (bph) pada 2024, naik dari 100 juta bph pada 2022, yang didorong oleh pertumbuhan besar dalam produksi non-OPEC.

Namun demikian, ketidakpastian pasokan minyak Rusia masih akan terjadi, terutama pada awal 2023, ungkap laporan tersebut seraya memperkirakan konsumsi global bahan bakar cair akan meningkat dari rata-rata 99,4 juta bph pada 2022 menjadi 102,2 juta bph pada 2024.

EIA mengatakan bahwa kekhawatiran yang sedang berlangsung sehubungan kondisi ekonomi global dan pelonggaran pembatasan COVID-19 di China meningkatkan ketidakpastian atas hasil perkiraan permintaannya.

Terkait harga minyak mentah, harga minyak mentah Brent diperkirakan berada di rata-rata 83 dolar AS (1 dolar AS = Rp15.500) per barel pada 2023, turun 18 persen dari 2022, dan akan terus turun menjadi 78 dolar per barel pada 2024 karena persediaan minyak global meningkat, sehingga menekan turun harga minyak mentah.

Menurut laporan itu, harga bensin juga akan turun karena margin penyulingan wholesale dan harga minyak mentah turun.

Margin penyulingan bensin AS diperkirakan turun sebesar 29 persen pada 2023 dan turun 14 persen pada 2024, yang menyebabkan harga bensin eceran berada di rata-rata 3,30 dolar AS per galon pada 2023 dan 3,10 dolar AS per galon pada 2024.
 
   Seorang warga tengah mengisi bahan bakar minyak untuk kendaraannya di salah satu lokasi pengisian bahan bakar minyak di Amerika Serikat (AS). Administrasi Informasi Energi (EIA) Amerika Serikat (AS) memprediksi persediaan minyak global akan meningkat selama dua tahun ke depan sehingga memicu penurunan harga minyak mentah (Xinhua)


Sementara margin penyulingan AS untuk solar diperkirakan turun 20 persen pada 2023 dan 38 persen pada 2024. EIA memperkirakan harga solar eceran berada pada rata-rata sekitar 4,20 dolar AS per galon pada 2023, turun 16 persen dari 2022, dan akan terus turun pada 2024, berada di rata-rata mendekati 3,70 dolar AS per galon

Menurut perkiraan EIA, rata-rata harga spot gas alam Henry Hub sedikit di bawah 5 dolar AS per juta unit termal Inggris (MMBtu) pada 2023, turun hampir 25 persen dari tahun lalu, seiring turunnya konsumsi domestik dan ekspor gas alam cair (LNG) yang tetap relatif datar.

Pada 2024, harga gas alam akan kembali berada pada rata-rata sedikit di bawah 5 dolar AS per MMBtu, dengan produksi gas alam kering melampaui kenaikan ekspor LNG yang dihasilkan dari peningkatan kapasitas ekspor LNG.

Laporan itu memperkirakan produksi gas alam AS di wilayah Permian dan Haynesville akan meningkat dengan rampungnya perluasan infrastruktur pipa pada 2023 dan 2024.

EIA juga memperkirakan bahwa porsi pembangkitan listrik AS dari batu bara akan turun, dari 20 persen pada 2022 menjadi 18 persen pada 2023 dan 17 persen pada 2024. Sebagai kompensasinya, porsi pembangkitan listrik tenaga surya dan pembangkitan listrik tenaga bayu skala utilitas gabungan akan melonjak dari 16 persen pada 2023 menjadi 18 persen pada 2024.

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2023