Kudus (ANTARA) - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono menekankan bahwa pintu banjir Wilalung atau Bangunan Pengendali Banjir Wilalung (BPBWL) di perbatasan Kabupaten Kudus dan Demak boleh dibuka jika kondisi kritis.

"Pintu banjir Wilalung tersebut, awalnya oleh Belanda, yang dibangun tahun 1908 untuk membagi air dari Sungai Lusi ke arah kanan ke Sungai Juwana sebagai daerah rawa," ujarnya saat kunjungan kerja di Kudus dan Jepara, Kamis.

Sehingga, ketika debit air di Sungai Lusi meningkat, sengaja dialirkan ke Sungai Juwana untuk pengendapan menjadi persawahan.

Baca juga: Pintu Air Wilalung Jebol dan Ancam Banjir di Ribuan Hektare Sawah

Akan tetapi, kata dia, sekarang berkembang menjadi kawasan perkotaan, sehingga tidak bisa difungsikan sebagai retarding basin (kolam retensi), sehingga semua pintu ditutup.

"Total pintu yang mengarah ke Sungai Juwana ada 11 pintu, sedangkan yang bisa dibuka hanya tiga pintu. Itu pun boleh dibuka saat kritis," ujarnya.

Dengan demikian, kata dia, air dari Sungai Lusi saat ini hanya dialirkan ke arah Sungai Wulan.

Karena di sepanjang aliran Sungai Wulan mengalami sedimentasi parah, Pemerintah Pusat menyiapkan anggaran untuk melakukan normalisasi, sehingga daya tampung airnya bisa maksimal.

Baca juga: Pintu Bendung Wilalung Kudus yang mengarah ke Sungai Juwana ditutup

Baca juga: 10 sungai di Kudus diusulkan dinormalisasi untuk cegah banjir


Total panjang sungai yang akan dinormalisasi mencapai 47 kilometer, sehingga bisa meminimalkan potensi banjir di Kabupaten Kudus dan sekitarnya.

Naiknya debit air Sungai Wulan hingga mendekati bibir tanggul, mengakibatkan mesin pompa pengendali banjir tidak bisa dioperasikan untuk mengurangi genangan air di Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus. Sehingga, lebih dari 14 hari genangan banjir di desa setempat belum juga surut.

Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023