Jakarta (ANTARA) - Rata-rata suhu permukaan Bumi pada 2022 setara dengan rata-rata suhu pada 2015 sebagai tahun terhangat kelima dalam sejarah, menurut analisis yang dirilis pada Kamis (12/1) oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA) Amerika Serikat (AS).

Melanjutkan tren pemanasan jangka panjang planet ini, suhu global pada 2022 tercatat 1,6 derajat Fahrenheit (0,89 derajat Celsius) di atas rata-rata untuk periode dasar NASA (1951-1980), menurut para ilmuwan dari Goddard Institute for Space Studies (GISS), pusat pemodelan iklim terdepan NASA.

"Tren pemanasan ini mengkhawatirkan," kata Administrator NASA Bill Nelson. "Iklim kita yang menghangat telah meninggalkan jejak. Kebakaran hutan menjadi kian intensif, angin topan menjadi semakin kuat, kekeringan mendatangkan malapetaka, dan level permukaan laut meningkat."

"NASA memperkuat komitmennya untuk berkontribusi dalam mengatasi perubahan iklim. Observatorium Sistem Bumi kami akan menyediakan data mutakhir untuk mendukung pemodelan, analisis, dan prediksi iklim guna membantu umat manusia menghadapi perubahan iklim planet kita," katanya.

Sembilan tahun terakhir ini merupakan tahun-tahun terhangat sejak pencatatan di era modern dimulai pada tahun 1880. Ini berarti Bumi pada 2022 tercatat sekitar 2 derajat Fahrenheit (sekitar 1,11 derajat Celsius) lebih hangat dibandingkan rata-rata suhu pada akhir abad ke-19, menurut NASA.

"Penyebab dari tren pemanasan ini adalah aktivitas manusia yang terus memompa gas rumah kaca dalam jumlah besar ke atmosfer, dan dampak jangka panjang terhadap planet juga akan terus berlanjut," kata Direktur GISS Gavin Schmidt. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2023