Sydney (ANTARA) - Saham-saham Asia dibuka dengan hati-hati pada Senin, karena investor menunggu dengan gelisah untuk melihat apakah Bank Sentral Jepang (BoJ) akan mempertahankan kebijakan stimulusnya yang sangat besar pada pertemuan penting minggu ini, sementara liburan di pasar AS membuat perdagangan tipis.

Bahkan ada desas-desus BoJ mungkin mengadakan pertemuan darurat pada Senin karena berjuang untuk mempertahankan batas atas imbal hasil baru dalam menghadapi penjualan obligasi besar-besaran. Ini membuat pasar dalam suasana cemas dan Nikkei Jepang tergelincir 0,9 persen di awal perdagangan.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang naik tipis 0,2 persen, dengan harapan untuk pembukaan kembali China yang cepat memberikan kenaikan 4,2 persen minggu lalu.

Sementara itu, indeks KOSPI Korea Selatan dibuka 0,5 persen lebih tinggi dan indeks S&P/ASX 200 Australia menguat 0,7 persen pada awal perdagangan,

S&P 500 berjangka dan Nasdaq berjangka keduanya turun 0,1 persen, menyusul kenaikan Wall Street minggu lalu.

Musim laporan keuangan mengumpulkan tenaga minggu ini dengan Goldman Sachs, Morgan Stanley dan perusahaan teknologi besar pertama Netflix, di antara mereka yang melaporkan.

Para pemimpin dunia, pembuat kebijakan, dan kepala perusahaan-perusahaan terkemuka akan menghadiri Forum Ekonomi Dunia (WEP) di Davos dan ada sejumlah pejabat bank sentral yang berbicara, termasuk tidak kurang dari sembilan anggota Federal Reserve AS.

Pertemuan dua hari BoJ akan berakhir Rabu (18/1) dan spekulasi tersebar luas bahwa BoJ harus melakukan perubahan pada kebijakan kontrol kurva imbal hasil (YCC) karena pasar telah mendorong imbal hasil 10 tahun di atas batas baru 0,5 persen.

BoJ membeli hampir 5 triliun yen (39,12 miliar dolar AS) obligasi pada Jumat (13/1) dalam rekor operasi harian terbesarnya, namun imbal hasil masih mengakhiri sesi naik sebesar 0,51 persen.

Namun, bank sentral mencoba untuk mengatasi penjual spekulatif dengan mengumumkan akan melakukan putaran darurat lainnya hari ini, menunjukkan bahwa ia bertekad untuk mempertahankan kebijakan imbal hasil setidaknya untuk saat ini.

"Masih ada kemungkinan tekanan pasar akan memaksa BoJ menyesuaikan lebih lanjut atau keluar dari YCC," kata analis di JPMorgan dalam sebuah catatan. "Kami tidak dapat mengabaikan kemungkinan ini, tetapi pada tahap ini kami tidak menganggapnya sebagai skenario utama."

"Meskipun permintaan domestik sudah mulai pulih dan inflasi terus meningkat, ekonomi tidak memanas sampai kenaikan suku bunga yang tajam dan potensi risiko apresiasi yen yang besar dapat ditoleransi," tambah mereka. "Dengan demikian, menurut kami lingkungan ekonomi tidak terlalu mendukung perubahan kebijakan yang berurutan."

Kebijakan ultra-longgar BoJ telah bertindak sebagai semacam jangkar untuk imbal hasil secara global, sambil menyeret yen. Apabila BoJ meninggalkan kebijakannya, itu akan memberikan tekanan ke atas pada imbal hasil di pasar negara maju dan kemungkinan membuat lonjakan pada yen.

Dolar sudah mencapai level terendah sejak Mei di 128,03 yen, setelah turun 3,2 persen minggu lalu, dan mengancam akan menembus level support utama di sekitar 126,37.

Euro juga melemah 1,5 persen terhadap yen pekan lalu, tetapi dibantu oleh penguatan dolar yang melemah secara luas yang membuatnya berdiri di 1,0826 dolar pada Senin pagi dan sedikit di bawah puncak sembilan bulan.

Dolar telah dirusak oleh jatuhnya imbal hasil obligasi AS karena pasar bertaruh bahwa Federal Reserve dapat kurang agresif dalam menaikkan suku bunga ketika inflasi jelas telah berubah arah.

Penurunan imbal hasil dan dolar menguntungkan emas, yang melonjak 2,9 persen minggu lalu ke level tertinggi sejak April dan terakhir diperdagangkan pada 1.918 dolar AS per ounce.

Harga minyak juga menguat pekan lalu di tengah harapan pembukaan kembali China yang cepat akan meningkatkan permintaan. Data mobilitas, lalu lintas, dan perjalanan transportasi di China menunjukkan kebangkitan tajam dalam pergerakan menjelang liburan Tahun Baru Imlek minggu depan.

Pada Senin pagi, Brent naik 8 sen menjadi diperdagangkan di 85,36 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS naik 10 sen menjadi diperdagangkan di 79,96 dolar AS per barel.

Baca juga: Saham Asia naik dipicu pelambatan inflasi AS, yen menguat lebih lanjut

Baca juga: Saham Asia dibuka menguat didukung penurunan inflasi AS, yen melonjak

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023