Banda Aceh (ANTARA) - Bank Indonesia Provinsi Aceh mencatat pertumbuhan ekonomi Aceh dalam sepuluh tahun terakhir dengan rata-rata 2,66 persen menjadi yang terendah di Sumatera yakni 3,92 persen. “Ini merupakan potret pertumbuhan ekonomi Aceh dan ini sudah kita sampaikan kepada seluruh pemerintah daerah. Angka ini merupakan potret masa lalu di mana nanti akan menjadi sebuah tekanan untuk lebih baik di masa mendatang,” kata Kepala Bank Indonesia Provinsi Aceh, Achris Sarwani di Banda Aceh, Senin.

Ia menjelaskan ekonomi di provinsi paling barat Indonesia itu masih sangat bergantung pada sektor primer yakni pertanian dan pertambangan serta minimnya sektor industri pengolahan.

Ia menyebutkan pangsa pasar industri pengolahan masih berada 4,68 persen di bawah pangsa pasar sektor industri pengolahan sumatera sebesar 20,50 persen.

“Artinya hasil pertanian dan pertambangan yang ada di Aceh tidak adanya pengolahan tapi dijual bahan belum jadi sehingga tidak memberikan dampak atau nilai tambah pada sektor lainnya,” katanya.

Menurut dia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tersebut maka harus adanya lompatan besar yang dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan dengan hadirnya industri pengolahan sehingga akan memberikan nilai tambah dan berdampak pada sektor lainnya.

Ia menyakini dengan kerja sama dan kolaborasi yang dilakukan oleh seluruh kabupaten/kota di Aceh upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi akan terwujud seiring adanya nilai tambah pada setiap komoditas khususnya yang ada di setiap kawasan.

Achris yang turut didampingi Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, T Amir Hamzah menyatakan sangat mendukung upaya pengembangan ekonomi berbasis kawasan sesuai potensi daerah yang telah disepakati oleh pimpinan yang ada di kabupaten/kota di Aceh.

Baca juga: Kemendes tetapkan 60 gampong di Banda Aceh jadi desa mandiri
Baca juga: Mendagri sebut anggaran Aceh masih bergantung transfer pusat


Pewarta: M Ifdhal
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2023