Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) meminta mahasiswa yang mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik berkoordinasi dengan Tim Pendamping Keluarga (TPK) guna menurunkan stunting di daerah.

“Saya berharap perguruan tinggi bisa memperbanyak program KKN tematik untuk mengawal dan mendampingi keluarga berisiko memiliki anak stunting. Mahasiswa KKN tematik di daerah nantinya bisa bekerjasama dengan TPK yang telah dibentuk BKKBN,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo di Jakarta, Kamis.

Dalam data Profil Keluarga Indonesia 2021 milik Kementerian Kesehatan, jumlah ibu hamil tahun 2021 mencapai 4.884.711 orang. Dengan angka lahir hidup 4.438.141dan lahir mati mencapai angka 22.257.

Oleh karenanya, pendampingan keluarga menjadi hal penting. Pihaknya sudah menyiapkan sekitar 600 ribu personel yang tergabung dalam 200 ribu TPK. Setiap tim beranggotakan tiga orang dari unsur bidan, kader PKK dan kader keluarga berencana (KB) dikerahkan di seluruh wilayah di Indonesia.

Selain melalui KKN tematik pencegahan stunting, katanya, perguruan tinggi juga bisa mengambil peran melalui merdeka belajar kampus merdeka, dan platform dana pendamping Kedaireka. BKKBN sendiri sudah bekerjasama dengan Forum Rektor dan Kemendikbudristek.

Menurutnya, perguruan tinggi sudah banyak berkontribusi untuk menurunkan angka stunting di Indonesia. Lewat berbagai program seperti Kampus Merdeka mahasiswa, diharapkan dapat mengasah kemampuan dan mempraktikkan ilmunya secara langsung di tengah masyarakat.

“Stunting bisa terjadi karena kurang sehat, kurang gizi dan pola pengasuhan yang tidak baik. Akibatnya anak menjadi tidak tinggi, tidak cerdas dan tidak sehat. Mencegah stunting lebih mudah daripada mengatasi, sehingga mahasiswa melalui KKN tematik bisa mendampingi dan Ibu hamil karena jumlahnya cukup banyak,” katanya.

Ketua Ikatan Perawat Anak Nasional Indonesia (IPANI) Allenidekania mengatakan perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor gizi baik makro maupun mikro, sosial budaya, pola pengasuhan dan lingkungan.

Stunting sebenarnya dapat dicegah pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), melalui pendekatan multi disiplin, intervensi spesifik dan sensitif menyasar ibu hamil-nifas, bayi 0-24 bulan dan calon pengantin.

Baca juga: Sri Mulyani sebut inflasi hingga "stunting" jadi fokus di tahun 2023

Baca juga: BKKBN: Program BAAS signifikan bantu turunkan stunting

 

 

 

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023