Moskow (ANTARA) - Rubel Rusia menguat pada awal perdagangan Selasa, pulih dari keterpurukan di akhir sesi sebelumnya, didukung oleh prospek pembayaran pajak para eksportir dan berlanjutnya penjualan mata uang asing oleh Kementerian Keuangan.

Pada pukul 07.51 GMT, rubel menguat 0,3 persen terhadap dolar menjadi diperdagangkan pada 68,70, dan tidak berubah pada 74,74 versus euro. Rubel juga menguat 0,3 persen terhadap yuan menjadi diperdagangkan pada 10,10.

Mata uang Rusia biasanya mendapat dukungan dari pembayaran pajak akhir bulan, ketika eksportir mengubah pendapatan devisa mereka untuk membayar kewajiban lokal.

Penyesuaian penjadwalan berarti bahwa mulai tahun ini, pajak harus dibayar dalam satu pembayaran, yang bulan ini jatuh pada 30 Januari.

"Kami pikir eksportir sudah memiliki sebagian besar rubel yang diperlukan untuk melakukan pembayaran ini, tetapi mereka mungkin masih memiliki beberapa penjualan valas yang harus dilakukan," kata SberCIB Investment Research dalam sebuah catatan. "Oleh karena itu, kami memperkirakan rubel akan menguat di bawah 68 minggu ini."

Baca juga: Rubel menguat karena eksportir persiapkan pembayaran pajak akhir bulan

Para analis mengatakan penjualan valas yang besar oleh pemerintah - yang membongkar hingga 3,2 miliar rubel (46,61 juta dolar AS) per hari dari yuan China - dapat menyebabkan lingkaran setan yang membuat rubel menguat dan selanjutnya mengurangi pendapatan ekspor penting Kremlin.

Rubel telah berada di bawah tekanan eksternal selama enam minggu terakhir sejak batas harga Barat pada penjualan minyak Rusia mulai berlaku pada awal Desember bersamaan dengan embargo ekspor minyak Rusia oleh Uni Eropa, memaksa Moskow untuk menjual dengan harga diskon.

Harga minyak mentah Brent, patokan global untuk ekspor utama Rusia, turun 0,3 persen menjadi 87,9 dolar AS per barel.

Indeks saham Rusia juga naik. Indeks RTS berdenominasi dolar terangkat 0,8 persen menjadi diperdagangkan di 1.006,3 poin. Indeks MOEX Rusia berbasis rubel menguat 0,4 persen menjadi diperdagangkan di 2.194,9 poin.

Baca juga: Harga minyak beragam di Asia, di tengah harapan permintaan China pulih

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023