Kami berharap 4--5 tahun lagi, kabel di Jakarta turun semua
Jakarta (ANTARA) - DKI Jakarta merupakan salah satu ibu kota negara di dunia yang memiliki daya tarik wisata cukup lengkap, mulai dari wisata kota, sejarah, budaya, hingga bahari di Kepulauan Seribu.

Begitu wisatawan menginjakkan kaki di kota yang bernama Batavia saat masa kolonialisme Belanda itu, mereka seakan disambut gagahnya gedung-gedung pencakar langit.

Belum lagi sarana dan prasarana kota yang lebih maju, lengkap dengan gaya modern masyarakat urban, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Namun, apa jadinya jika mata para pelancong yang menikmati suasana wisata Kota Jakarta terhalang pemandangan yang kurang estetik, misalnya, jalur pedestrian yang tak ramah bagi pejalan kaki hingga lilitan kabel-kabel listrik yang semrawut.

Tentunya, kondisi itu bisa menjadi tantangan bagi DKI untuk menarik pendapatan asli daerah, khususnya dari sektor pariwisata akibat kurangnya sentuhan untuk keindahan kota.

Untuk itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus berupaya mempercantik kawasan kota.

Tangkapan layar - Petugas Bidang Sarana dan Prasarana Utilitas menertibkan kabel udara di Jalan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Jumat (9-12-2022). ANTARA/Instagram/@binamargadki/Dewa
 

Proyek SJUT

Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Begitu peribahasa yang cocok menggambarkan penataan di Jakarta.

Sembari mengurai kemacetan dan mengatasi persoalan banjir, Pemprov DKI sedang menggenjot proyek Sarana Jaringan Utilitas Terpadu (SJUT), sebagai bagian tata ruang Jakarta.

Hingga 2022, DKI sudah merevitalisasi total sekitar 265 kilometer trotoar. Namun, jumlah itu baru sekitar 10--15 persen dari total panjang trotoar di Ibu Kota mencapai sekitar 2.600 kilometer.

Selain merevitalisasi trotoar agar menambah kenyamanan pejalan kaki, DKI Jakarta sekaligus menata jaringan kabel di udara.

Kabel-kabel yang semrawut bahkan ada yang menjuntai sehingga membahayakan pejalan kaki, kemudian akan ditanam di bawah tanah.

Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho menjelaskan kabel listrik hingga kabel telekomunikasi ditanam pada kedalaman sekitar 1,1 meter.

Kontraktor nantinya membuatkan semacam jalur khusus untuk menampung kabel-kabel itu.

“Setiap hari kami mencabut sekitar 400 tiang di pinggir jalan. Hanya ada satu, tiang penerangan jalan yang ada di pedestrian. Kami berharap 4--5 tahun lagi, kabel di Jakarta turun semua,” ucap Hari Nugroho.

Penataan kabel semrawut itu dimulai sejak tahun 2021 oleh dua badan usaha milik daerah (BUMD) DKI yakni Jakarta Propertindo (Jakpro) dan Sarana Jaya.

Penugasan kepada dua korporasi itu dibagi bahwa Jakpro mengerjakan di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, sedangkan Sarana Jaya di wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Barat.

Surat penugasan diberikan Dinas Bina Marga DKI kepada dua perusahaan itu sejak Oktober 2020.

Jakpro melalui anak usahanya PT Jakarta Infrastruktur Propertindo (JIP) mendapat tugas menata kabel udara sepanjang 115 kilometer di 32 ruas jalan.

Adapun Sarana Jaya bertugas menata kabel udara di 36 ruas jalan sepanjang sekitar 106 kilometer.

Hasilnya, sejak dikerjakan pada tahun 2021-2022, Hari mengungkapkan baru satu kilometer SJUT yang dirampungkan dan akan dikejar sisa target yang rencananya bersama mitra swasta oleh Sarana Jaya.

Sementara itu, JIP sudah merampungkan 25 kilometer penataan kabel di Jakarta Selatan.

Beberapa ruas jalan itu merupakan tujuan wisata kuliner yang kerap dikunjungi wisatawan termasuk anak-anak muda, di antaranya,  Jalan Senopati, Jalan Gunawarman, Jalan Wolter Monginsidi, Jalan Cikajang, Kapten Tendean,  hingga Jalan Mampang Prapatan.

Direktur Utama JIP Araf Anbiya menjelaskan anggaran penyelesaian 25 kilometer SJUT di Jakarta Selatan itu menggunakan investasi korporasi sendiri senilai Rp60 miliar.

Adapun sisa target SJUT sepanjang 90 kilometer diperkirakan rampung kuartal kedua 2024 dengan menggandeng mitra swasta.

Pembiayaannya diperkirakan mencapai sekitar Rp4 juta per meter kabel yang masuk proyek SJUT.

Sejumlah warga menikmati suasana Ibu Kota dengan berjalan kaki di pedestrian Jalan Sudirman, Jakarta Selatan, Minggu (22-1-2023). ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
 

Daya tarik wisatawan

DKI Jakarta memiliki sejumlah destinasi wisata yang masuk dalam beberapa kawasan, antara lain, sejarah/budaya, alam, urban/perkotaan, hingga kuliner.

Pembagian kawasan wisata itu memudahkan pemerintah mengembangkan potensi pariwisata berdasarkan ciri khas masing-masing.

Sejumlah destinasi wisata itu, dibenahi pula kawasan pedestrian dan kabel udara, di antaranya kawasan Kota Tua, Kemang Raya, Cikini, hingga menyasar kawasan M Block di Jakarta Selatan.

Penataan itu semata demi kenyamanan masyarakat dan wisatawan yang ingin menikmati suasana Jakarta, misalnya, dengan berjalan kaki.

Begitu juga di Jalan Thamrin dan Jalan Sudirman, salah satu kawasan populer dengan pemandangan gedung-gedung tinggi dan ikon Jakarta, yakni patung Selamat Datang dan Bundaran Hotel Indonesia (HI).

Kawasan itu menjadi daya tarik utama untuk wisata fotografi karena sudah tidak ada lagi kabel-kabel menjuntai dengan area pedestrian yang lebar. Kondisi ini makin memanjakan para pejalan kaki.

Adapun di kawasan Jakarta Utara, Pemprov DKI membuka peluang yang lebar bagi investor swasta untuk mendukung penataan kabel udara.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, dari Januari hingga November 2022, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Jakarta mencapai 810.627 orang.

Jumlah itu naik 689,98 persen jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 102 ribu orang.

Meskipun demikian, kunjungan turis asing itu masih lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi COVID-19.

Wisatawan dari kawasan Asia Tenggara dan Asia tetap mendominasi kedatangan ke Jakarta yakni Malaysia, Singapura, serta China.

Selain menata kabel dan trotoar, Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono kini gencar melakukan penghijauan di sejumlah titik gersang yang perlu sentuhan keasrian.

Penghijauan dilakukan di sepanjang Sungai Kalimalang, tepatnya di bawah tol Bekasi, Cawang, dan Kampung Melayu (Becakayu).

Selain itu, masing-masing kecamatan di Jakarta juga diberikan bibit pohon guna mendukung ketahanan pangan juga keasrian dan keindahan sudut kota Jakarta.

Meski sektor pariwisata bukan penyumbang utama PAD DKI Jakarta, seiring mulai pulihnya perekonomian setelah dihantam pandemi COVID-19, sektor pariwisata harus terus digenjot agar memberi porsi lebih besar bagi perekonomian Jakarta.







 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023