Jakarta (ANTARA) - Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero), Emma Sri Martini menyatakan latar belakang pendidikan jangan sampai menghalangi seseorang untuk bisa mengeksplorasi berbagai bidang pekerjaan hingga meraih posisi yang lebih tinggi.

“Yang ingin saya katakan adalah bahwa latar belakang pendidikan bukan lah sesuatu yang menghalangi anda untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi atau mengeksplorasi berbagai sektor,” katanya dalam Asia Women Leaders Program di Jakarta, Kamis.

Emma mengingatkan generasi muda untuk tidak membatasi kegiatan yang hanya sesuai dengan latar pendidikan, karena semakin berani mencoba berbagai sektor, akan semakin banyak pengalaman yang didapat.

Baca juga: Emma Sri Martini Dirut baru PT Telkomsel

Banyaknya pengalaman dari berbagai sektor atau bidang pekerjaan yang didapat akan mengantarkan generasi muda menuju posisi atau jabatan yang lebih tinggi.

Emma mencontohkan dirinya merupakan seorang Sarjana Teknik Informatika dari Institut Teknologi Bandung pada 1993 yang justru berkarier di PT Kustodian Depositori Efek Indonesia.

Bahkan, saat krisis ekonomi 1998, Emma sempat menjadi group head Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang kemudian naik jabatan sebagai senior vice president di BPPN.

“Di BPPN terkait IT cukup banyak tertinggal, lebih kepada analisis bisnis. Bagaimana menangani dan menginterpretasikan kebutuhan pengguna menjadi spesifikasi sistem yang akan dikembangkan oleh teknisi,” paparnya.

Ketika BPPN dibubarkan pada 2004, ia ditunjuk menjadi Direktur Keuangan dan Support PT Perusahaan Pengelola Aset sekaligus Komisaris PT Trans Pacific Petrochemical Indotama.

Saat bergabung dengan PT PPA, Emma bertugas menangani manajemen aset sisa setelah BPPN ditutup dengan empat jenis aset yang harus dikelola, yaitu properti, saham, restrukturisasi bisnis, dan divestasi aset.

Baca juga: Pertamina siap kembangkan ekosistem baterai EV dengan optimalkan nikel

Kemudian, ketika PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dibentuk pada 2009, Emma ditunjuk oleh Menteri Keuangan menjadi direktur utama di sana yang membuatnya untuk pertama kali belajar tentang pembiayaan infrastruktur.

“Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan perusahaan ini. Apa yang harus saya lakukan dan apa sebenarnya bisnisnya dan apa amanatnya?,” ujarnya.

Emma bingung ketika mendapat tanggung jawab itu, karena ia mengemban amanat membentuk perusahaan yang bisa menjadi alat fiskal bagi pemerintah dalam membangun infrastruktur dengan business plan perusahaan yang hanya dua halaman kertas.

Saat itu, ia sempat ingin memilih untuk tetap di PT PPA untuk memperpanjang dan menyelesaikan tugasnya di sana, namun Emma tidak bisa menolak tugas tersebut.

Meski demikian, ia tak mudah menyerah, karena baginya ini adalah banyak waktu dan kesempatan untuk belajar hal baru yang pada akhirnya bisa mengembangkan ilmu, pengetahuan, pengalaman hingga skill baru.

Emma menegaskan generasi muda tidak boleh takut ketika tidak tahu apa-apa hingga diremehkan oleh orang lain, justru harus bangkit dengan belajar dari orang yang lebih tahu.

Baca juga: Pengalaman digital jadi keinginan karyawan muda dalam bekerja

Baca juga: Ribuan pelajar SMA/SMK dapat pengalaman kerja lewat platform teknologi


Keberanian itu lah yang pada akhirnya mengantarkan Emma menjadi wanita tangguh dengan beribu pengalaman hingga kini ia menduduki posisi penting di salah satu BUMN terkemuka di Indonesia, yakni PT Pertamina.

“Mengelola dan meningkatkan keterampilan tidak hanya dengan latar belakang pendidikan formal, tetapi juga dengan bertanya kepada orang yang lebih berpengetahuan dan kemudian belajar dengan melakukan,” ujarnya.

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023