Ponorogo, Jawa Timur (ANTARA) - Lebih dari 180 ternak sapi di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur dilaporkan terjangkit wabah penyakit mulut dan kuku (PMK), sehingga meningkatkan kekhawatiran atas risiko penularan dan dampak ekonomi berkaitan dengan produk daging maupun susu yang dihasilkan.

"Ada tren peningkatan yang saat ini terus kami awasi dan dilakukan penanganan segera," kata Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Ponorogo Masun di Ponorogo, Sabtu.

Sementara ini, lanjut Masun, kasus PMK terdeteksi menjangkiti ternak di tiga kecamatan, yakni di Kecamatan Pudak, Slahung dan Kecamatan Bungkal.

"Pertama kali muncul kasus di Desa Munggung Kecamatan Slahung, lalu menyebar di Kecamatan Bungkal dan Slahung," ungkap Masun

Masun memperkirakan meningkatnya kasus PMK di daerahnya dipengaruhi tingginya "mobilitas perdagangan hewan ternak" selama libur Natal dan Tahun Baru 2023, dimana banyak hewan ternak luar daerah yang saat itu belum dilakukan vaksinasi PMK.

"Beberapa ternak kami identifikasi masuk dari Wonogiri, Magetan, belum divaksin di sana masuk ke sini membawa virus baru itu," jelas Masun

Masun menambahkan, meski saat ini jumlah hewan ternak khususnya sapi yang terkena PMK mencapai ratusan ekor, namun angka kematian masih tergolong rendah yakni satu ekor milik salah satu peternak di Desa Munggung Kecamatan Pulung.

"Yang dilaporkan kepada Dipertahankan baru satu ekor yang mati akibat PMK," jelasnya

Disinggung soal pengetatan arus masuk hewan ternak dari luar daerah, Masun menyebut masih menunggu instruksi lebih lanjut dari Provinsi. Pasalnya kabupaten Ponorogo juga berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah.

"Penyekatan nunggu instruksi dari gubernur. Pengalaman tahun lalu di perbatasan malah banyak yang protes," tandasnya.

Saat ini, dari data Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Ponorogo tercatat sudah ada 180 ternak yang terpapar virus PMK. Ratusan ternak yang terjangkit PMK itu tersebar di 12 kecamatan yang ada di Kota Reog.

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2023