MinyaKita ada dua sebab, harga tidak naik, tapi di pasar-pasar rakyat berkurang kiriminannya, karena MinyaKita ini sekarang menjadi merek yang digemari oleh setiap konsumen
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menjelaskan alasan MinyaKita mulai langka dan sulit didapat di pasaran.

"MinyaKita ada dua sebab, harga tidak naik, tapi di pasar-pasar rakyat berkurang kiriminannya, karena MinyaKita ini sekarang menjadi merek yang digemari oleh setiap konsumen," kata Mendag Zulkilfi Hasan di lingkungan istana kepresidenan Jakarta pada Senin.

MinyaKita adalah merek minyak goreng yang diluncurkan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) pada Juli 2022 sebagai produk untuk menekan harga minyak goreng yang tinggi.

"Dia (MinyaKita) tidak hanya di pasar tradisional tetapi MinyaKita ini sudah masuk ke pasar-pasar modern, ritel modern, semua orang sekarang sudah membeli MinyaKita, karena kualitas MinyaKita sama dengan merek premium," ungkap Zulkifli.

Alasan lain adalah suplai minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) Indonesia digunakan untuk biodiesel B35.

Baca juga: Dukung stabilkan harga minyak goreng, PTPN III siap produksi MINYAKITA

"Kedua, kita kemarin menambah, B20 menjadi B35, B20 itu menyedot 2 juta CPO, untuk mengubah dari menjadi B20 itu (butuh) 9 juta, diubah menjadi B35 itu menjadi 3 juta, jadi perlunya 12 juta, menyedot lagi itu. Jadi ada dua sebab itu," kata Mendag.

Mendag menyebut pemerintah mengundang para produsen minyak untuk menaikkan suplai.

"Hampir 30 (pengusaha) yang datang yang tadinya suplai untuk MinyaKita itu 300 ribu ton per bulan, kita naikkan 50 persen tadi, semua sudah sepakat, tanda tangan dari hampir 30 (pengusaha) itu yang suplainya MinyaKita 300 ribu ton ditambah 50 persen menjadi 450 ribu ton per bulan," jelas Mendag.

Dengan cara itu Mendag berharap pasokan MinyaKita dapat kembali ke pasaran.

"Mudah-mudahan dengan itu kita bisa membanjir kembali pasar-pasar tradisional atau pasar modern dengan curah atau minyak goreng merek MinyaKita," ujar Mendag Zulkifli.

Baca juga: Wilmar sebut krisis minyak goreng akibat naiknya harga CPO global

Namun pihaknya belum mencium adanya oknum nakal dalam peredaran MinyaKita tersebut. "Tidak ada (oknum) memang dulu kan minyak curah ada di pasar saja, sekarang ini tidak, pasar modern juga ada MinyaKita. Jadi tentu otomatis kalau di pasar modern banyak dimana-mana, banyak dipasarkan barangnya  maka tambah suplainya dari 3 ribu ton menjadi 450 ribu ton per bulan. Mudah-mudahan itu pasar modern juga bisa sampai ke pasar-pasar yang tradisional," kata Mendag Zulkifli.

Diketahui Harga minyak goreng bergerak naik. Panel Harga Badan Pangan menunjukkan harga minyak goreng pada ini Senin (30/1) baik curah maupun dan kemasan melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET).

Harga minyak goreng curah naik Rp10 ribu jadi Rp14.940 per liter. Sementara harga minyak goreng kemasan sederhana naik menjadi Rp17.910 per liter.

Padahal jika mengacu pada Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 49/2022 tentang Tata Kelola Program Minyak Goreng Rakyat, harga minyak goreng tersebut masih di atas HET yang dipatok pemerintah yaitu Rp14.000/liter atau Rpl5.500/kg untuk minyak goreng curah dan Rp14.000/liter untuk minyak goreng kemasan.

Baca juga: Mendag pastikan stok Minyakita masih aman di pasaran

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023