Singapura (ANTARA) - Dolar AS jatuh terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya di awal sesi Asia pada Kamis pagi, setelah Federal Reserve AS mengatakan pihaknya telah melewati periode paling sulit dalam perang melawan inflasi, memberikan pasar dorongan kepercayaan bahwa akhir dari kampanye kenaikan suku bunga sudah dekat.

Investor mengambil isyarat dovish dari pernyataan Ketua Fed Jerome Powell pada Rabu (1/2/2023) bahwa "proses disinflasi telah dimulai" di ekonomi terbesar dunia, meskipun ia juga mengisyaratkan bahwa suku bunga akan terus meningkat dan pemotongan tidak akan segera terjadi.

Pernyataan The Fed pada Rabu (1/2/2023), yang muncul setelah kesimpulan dari pertemuan kebijakan dua hari di mana para pembuat kebijakan setuju untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, menandai pengakuan eksplisit pertama bank sentral atas perlambatan inflasi.

Dolar menukik menyusul pernyataan Powell, dan terhadap sekeranjang enam mata uang rivalnya , indeks dolar AS turun ke level terendah baru sembilan bulan di 100,80. Indeks dolar terakhir turun 0,12 persen di 100,83, setelah turun lebih dari 1,0 persen pada Rabu (1/2/2023).

Baca juga: Dolar jatuh ke terendah 9-bulan saat Powell catat kemajuan disinflasi

"Sangat melegakan ... bahwa tidak ada yang benar-benar menantang pandangan pasar yang berlaku," kata Ray Attrill, kepala strategi valas di National Australia Bank (NAB).

"(Powell) mengatakan bahwa suku bunga harus menjadi restriktif untuk beberapa waktu, tetapi itu tidak menghalangi pasar untuk mengatakan suatu waktu mungkin enam bulan, bukan dua tahun."

Aussie melonjak ke level tertinggi baru delapan bulan di 0,7158 dolar AS di awal perdagangan Asia pada Kamis, setelah naik 1,2 persen di sesi sebelumnya. Terhadap yen Jepang, dolar turun 0,55 persen menjadi 128,21. Kiwi, yang juga melonjak lebih dari 1,0 persen pada Rabu (1/2/2023), terakhir naik 0,25 persen menjadi 0,6523 dolar AS.

Dengan tersingkirnya The Fed, panggung ditetapkan untuk Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Inggris (BoE) untuk mengumumkan keputusan suku bunga mereka nanti pada Kamis waktu setempat, di mana ekspektasi kenaikan masing-masing sebesar 50 basis poin.

Euro naik ke puncak sekitar 10 bulan di 1,1034 dolar pada Kamis, setelah naik 1,2 persen di sesi sebelumnya, sementara sterling terakhir 0,19 persen lebih tinggi di 1,2399 dolar.

Baca juga: Dolar stabil di Asia karena investor tunggu keputusan suku bunga Fed

"Risikonya adalah kita mendapatkan hawkish 50 dari ECB dan 50 dovish dari BoE, yang mungkin menciptakan beberapa volatilitas," kata Attrill dari NAB.

Inflasi zona euro mereda untuk bulan ketiga berturut-turut pada Januari, data pada Rabu (1/2/2023) menunjukkan, tetapi bantuan apa pun untuk ECB mungkin terbatas karena pertumbuhan harga yang mendasari tetap stabil dan kekhawatiran telah meningkat tentang keandalan angka tersebut.

"Saya tidak berpikir itu akan mempengaruhi pesan dari ECB, yang menurut saya masih akan banyak yang harus mereka lakukan," kata Attrill.

Di Amerika Serikat, laporan data penggajian non-pertanian Jumat (3/2/2023) akan menjadi ujian berikutnya dari perjuangan Fed melawan inflasi, meskipun laporan JOLTS (Job Openings and Labor Turnover Survey) Rabu (1/2/2023) menunjukkan bahwa lowongan pekerjaan secara tak terduga naik pada Desember, menunjuk ke pasar tenaga kerja yang masih ketat.

Pasar sekarang mengharapkan suku bunga dana Fed mencapai puncaknya tepat di bawah 4,9 persen pada Juni, dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya di puncak tepat di bawah 5,0 persen.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023