Beijing (ANTARA) - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan bahwa China mendesak individu-individu relevan di Amerika Serikat agar secara kredibel mematuhi prinsip Satu China serta menangani isu-isu terkait Taiwan secara bijaksana dan tepat.

Dalam sebuah pernyataan pers harian, Mao juga meminta para pejabat AS untuk mematuhi ketetapan dalam tiga komunike bersama China-AS dan mematuhi norma-norma dasar dalam hubungan internasional.

Hal itu disampaikan oleh Mao untuk menanggapi pernyataan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS Kevin McCarthy yang menanggapi pertanyaan dari wartawan tentang kemungkinan kunjungannya ke Taiwan pada musim semi mendatang.

McCarthy dilaporkan menjawab bahwa China tidak bisa mendikte kapan dan ke mana dia boleh pergi.

Terkait pernyataan Ketua DPR AS itu, Jubir Kemenlu China mendesak agar AS berhenti mencampuri urusan dalam negeri China dan menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat merusak hubungan China-AS atau perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.

"China akan terus menjaga kedaulatan dan integritas teritorialnya," kata Mao.

Ketika dimintai tanggapan tentang pertemuan antara pemimpin Taiwan Tsai Ing-wen dan Phil Davidson, mantan kepala Komando Indo-Pasifik AS, Mao menegaskan kembali posisi China terkait masalah Taiwan.

"Taiwan adalah bagian yang tak terpisahkan dari China," tutur Mao. Dia mengatakan bahwa penyelesaian masalah Taiwan merupakan urusan China dan harus diputuskan oleh China.

Mao mengatakan bahwa ketegangan di Selat Taiwan disebabkan oleh otoritas Partai Progresif Demokratik, yang terus meminta dukungan AS untuk "kemerdekaan Taiwan" dan beberapa individu di AS yang berniat menggunakan Taiwan untuk mengekang China.

"Pihak AS harus memenuhi komitmen para pemimpin AS untuk tidak mendukung kemerdekaan Taiwan, menghentikan segala bentuk interaksi resmi dan kontak militer dengan Taiwan, berhenti ikut campur dalam masalah Taiwan, serta berhenti menciptakan faktor-faktor baru yang dapat memicu ketegangan di Selat Taiwan," ujar Jubir Kemenlu China itu.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023