Brussel (ANTARA) - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) meminta Rusia menghormati perjanjiannya dengan Amerika Serikat (AS) mengenai senjata nuklir yang berkontribusi pada stabilitas internasional.

Para duta besar NATO, dalam pernyataannya, Jumat (3/2), mengungkapkan bahwa pihaknya memperhatikan dengan kekhawatiran bahwa Rusia telah gagal mematuhi kewajiban yang mengikat secara hukum di bawah Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis (START) baru.

Perjanjian terbaru START ditandatangani Rusia dan AS pada 2010. Perjanjian kontrol senjata nuklir terakhir yang berlaku antara kedua negara adidaya nuklir itu dapat diperpanjang maksimal lima tahun dengan persetujuan kedua belah pihak.

Rusia dan AS secara resmi memperpanjang perjanjian itu selama lima tahun pada 3 Februari 2021.

Para duta besar itu menyatakan bahwa penolakan Rusia untuk berkonsultasi atau mengizinkan inspeksi AS sejak Agustus lalu telah mencegah AS menggunakan hak-hak penting di bawah perjanjian itu.

NATO juga menilai penolakan Rusia itu merusak kemampuan AS untuk memverifikasi kepatuhan Rusia secara memadai dengan batas-batas utama dalam perjanjian tersebut.

"Kami meminta Rusia memenuhi kewajibannya berdasarkan perjanjian tersebut dengan memfasilitasi inspeksi START Baru di wilayah Rusia dan kembali berpartisipasi dalam badan implementasi perjanjian itu," kata NATO.

Sebelumnya, Moskow menuding Washington telah merusak prinsip-prinsip pelaksanaan perjanjian tersebut.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan pihaknya tetap berkomitmen pada perjanjian itu, namun tidak melihat komitmen yang sama dari AS.
 
Presiden AS Joe Biden (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu di Villa La Grange di Jenewa, Swiss, Rabu (16/6/2021). (ANTARA/Xinhua/Denis Balibouse)

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023