Moskow (ANTARA) - Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan pasokan persenjataan AS yang lebih canggih ke Ukraina hanya akan memicu lebih banyak serangan balasan dari Rusia.

"Seluruh wilayah Ukraina yang tetap berada di bawah kekuasaan Kiev akan hangus," kata Medvedev kepada jurnalis Nadana Fridrikhson yang mengutip ucapannya dalam wawancara tertulis.

Fridrikhson bertanya kepada Medvedev, sebagai wakil ketua Dewan Keamanan dan menjadi salah satu tokoh pro-perang Rusia yang paling militan sejak operasi militer khusus Moskow ke Ukraina, apakah penggunaan senjata jarak jauh dapat memaksa Rusia berunding dengan Kiev.

"Hasilnya justru sebaliknya," jawab Medvedev, dalam tanggapannya yang disiarkan Fridrikhson di saluran Telegramnya.

"Hanya orang-orang gila moral, yang jumlahnya cukup banyak, baik di Gedung Putih maupun di Capitol, yang dapat berdebat seperti itu."

Pentagon mengatakan pada Jumat bahwa roket baru yang akan menggandakan jangkauan serangan Ukraina termasuk dalam paket bantuan militer AS senilai 2,175 miliar dolar AS.

Menjelang peringatan satu tahun operasi militer yang oleh Barat disebut sebagai invasi pada 24 Februari 2023 itu, pasukan Rusia tidak mendapatkan banyak kemajuan selama delapan bulan terakhir, dan tidak sepenuhnya mampu mengendalikan empat provinsi Ukraina yang secara sepihak telah dinyatakan Moskow sebagai bagian dari Rusia itu.

Presiden Vladimir Putin menyebut invasi Rusia di Ukraina sebagai pertahanan eksistensial melawan Barat yang agresif dan, seperti halnya Medvedev, dia pun sudah beberapa kali menyampaikan ancaman serangan nuklir. 

Menurut Putin, Rusia akan menggunakan semua cara yang tersedia untuk melindungi dirinya sendiri dan rakyatnya.

Ditanya apa yang akan terjadi jika senjata yang dijanjikan Washington kepada Ukraina akan menyerang Krimea - yang direbut Rusia dari Ukraina pada 2014 - atau jauh ke dalam Rusia, Medvedev mengatakan Putin telah menangani masalah tersebut dengan jelas.

“Kami tidak membatasi diri dan, tergantung pada sifat ancamannya, kami siap menggunakan semua jenis senjata. Sesuai dengan doktrin kami, termasuk Dasar-Dasar Deterensi Nuklir,” katanya. "Saya dapat meyakinkan Anda bahwa jawabannya akan cepat, keras, dan meyakinkan."

Doktrin nuklir Rusia mengizinkan serangan nuklir dilakukan ketika eksistensi mendasar negara terancam setelah "agresi terhadap Federasi Rusia dilawan dengan senjata konvensional".

Sumber: Reuters

Baca juga: AS umumkan bantuan keamanan tambahan lebih dari 2 miliar untuk Ukraina
Baca juga: Rusia ragukan penolakan Jerman untuk kirim jet tempur ke Ukraina

Penerjemah: Atman Ahdiat
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2023