Radiasi yang dipancarkan dari ponsel, yang disebut radiasi frekuensi radio, bersifat nonionisasi, artinya tidak menyebabkan kerusakan DNA.
Jakarta (ANTARA) - Ponsel diketahui memancarkan radiasi dan berpotensi meningkatkan risiko kanker, namun radiasi itu dianggap tidak berbahaya, menurut National Cancer Institute (NCI).

Menurut NCI seperti disiarkan Livestrong akhir Januari, radiasi pengion yang dikirim dari sinar-X dan radon, dapat menyebabkan kerusakan DNA yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena kanker. Tapi, radiasi yang dipancarkan dari ponsel, yang disebut radiasi frekuensi radio, bersifat nonionisasi, artinya tidak menyebabkan kerusakan DNA.

"Meta-analisis besar telah dilakukan untuk mencari dukungan ada hubungan (antara ponsel dan kanker), tapi, tidak ada yang mampu membuat klaim yang kuat," ujar Kepala Divisi Neurologi Onkologi di Pusat Kanker Fox Chase, Philadelphia, Amerika Serikat, Stephanie Weiss, MD.

Dia mengatakan sampai saat ini orang-orang tidak memiliki alasan untuk percaya ponsel menyebabkan kanker.

Walaupun begitu, hanya karena seseorang tidak perlu khawatir terkena kanker otak, tidur dengan mengisi daya ponsel di sebelahnya, bukan berarti ide yang bagus. Menggunakan ponsel sebelum tidur dapat mempersulit seseorang untuk tertidur karena kombinasi cahaya biru penekan melatonin dan konten yang merangsang agar tetap terjaga.

Direktur Medis Pusat Gangguan Tidur di Providence St. Joseph Hospital di Orange County, California, AS, Peter A. Fotinakes, MD mengatakan, saat tiba-tiba ponsel berbunyi, bergetar maka ini sudah cukup membangunkan seseorang dari tidur.

"Jika telepon memberi sinyal panggilan masuk atau teks, Anda mungkin terpaksa bangun sepenuhnya untuk merespons. Jika Anda memilih untuk tidak merespons, Anda kemudian dapat berbaring di tempat tidur sambil memikirkan siapa yang menelepon atau mengirimi Anda SMS pada pukul 2:00," kata dia.

Baca juga: Cek Fakta: Radiasi pada ponsel sebabkan kebutaan?

Baca juga: Ponsel dapat menganggu kesehatan mental anak usia dini

 

Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023