Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis penyakit dalam Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD-KAI, FINASIM, menganjurkan pencegahan inovatif melalui vaksinasi untuk dapat menurunkan risiko dan kasus demam berdarah pada orang dewasa usia 19-45 tahun.

Baca juga: Pemerintah targetkan nol kematian demam berdarah pada 2030

"Tidak hanya anak-anak, orang dewasa juga perlu mendapatkan vaksinasi demam berdarah. Berbagai faktor seperti kondisi tubuh yang buruk bisa membuat sistem antibodi pada orang dewasa seseorang menurun," katanya di Jakarta, Minggu.

Menurut Sukamto, jika gejala demam berdarah tidak segera ditangani akan mengakibatkan kondisi penyakit yang memburuk sehingga sama sekali tidak bisa disepelekan.

Data dari Kementerian Kesehatan RI, lanjutnya, menyebutkan proporsi penderita demam berdarah pada tiga tahun terakhir paling tinggi berada pada golongan umur 15-44 tahun.

"Kasus demam berdarah yang berat dapat mengakibatkan komplikasi dan kematian. Hal ini tentunya memperpanjang masa rawat inap dan biaya bagi para pasien," jelasnya.

Meski demikian, lanjut Sukamto, semua rentang umur tetap memiliki risiko terkena demam berdarah. Karenanya, pencegahan yang komprehensif dibutuhkan untuk dapat menurunkan risiko infeksi demam berdarah pada semua kelompok umur, salah satunya melalui vaksinasi.

Vaksinasi akan membantu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi yang berfungsi mengenali kuman dan melawan kuman penyebab penyakit. Vaksinasi juga direkomendasikan oleh PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia).


Baca juga: Kasus DBD menyebar ke seluruh kabupaten di Sumatera Selatan

Baca juga: Anies minta warga respon cepat bila ada gejala DBD

Baca juga: UGM kembangkan nyamuk anti-deman berdarah

Pewarta: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2023