tinggi gelombang bervariasi mulai dari 1,25 meter hingga 6 meter
Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto mengatakan lima wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur diprakirakan akan mengalami hujan lebat pada 6 hingga 7 Februari 2023.

"Wilayah dengan potensi siaga, potensi dampak hujan lebat periode 6 - 7 Februari 2023 perlu diwaspadai di wilayah Sumba Barat, Sumba Timur, Manggarai, Manggarai Barat, dan Sumba Barat Daya," kata Guswanto dalam konferensi pers daring di Jakarta, Minggu.

Selain itu, beberapa wilayah lainnya di NTT juga dalam status waspada hujan lebat, yaitu Sumba Tengah, Ende, Nagekeo, Manggarai Timur, Kota Kupang, Sabu Raijua, Timor Tengah Selatan, Belu, Kupang, Timor Tengah Utara, Alor, Rote Ndao, Malaka, Flores Timur, dan Sumba Timur.

Menurut Guswanto, beberapa provinsi juga berada dalam status siaga hujan lebat yaitu Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Maluku.

Potensi hujan lebat ini disebabkan oleh munculnya tiga bibit siklon tropis, yaitu Bibit Siklon Tropis 94S, Bibit Siklon Tropis 95S, dan Bibit Siklon Tropis 97S.

Baca juga: BMKG ingatkan sejumlah daerah waspada cuaca ekstrem sepekan ke depan
Baca juga: BMKG imbau warga NTT waspadai cuaca ekstrem akibat sirkulasi siklonik

​​Guswanto mengatakan kemunculan tiga bibit siklon tropis ini juga berpotensi menimbulkan gelombang tinggi.

"Kemunculan tiga bibit siklon ini juga berpotensi mengakibatkan gelombang tinggi di sejumlah wilayah perairan Indonesia pada 6 - 12 Februari 2023 dengan tinggi gelombang bervariasi mulai dari 1,25 meter hingga 6 meter," ujarnya.

Maka dari itu, lanjut Guswanto, BMKG mengimbau kepada pemerintah daerah dan masyarakat untuk siap siaga dan waspada menghadapi cuaca ekstrem ini dengan memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.

Selain itu, daerah juga didorong untuk melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol serta melakukan program penghijauan secara lebih masif.

"Melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang. Khusus yang berada di wilayah lereng pegunungan dan bukit, waspadai tanah longsor, dan yang berada di daerah aliran sungai, waspada banjir bandang," pesan Guswanto.

Baca juga: Bibit siklon 97W di Laut Filipina bisa pengaruhi cuaca Indonesia

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023