Magelang (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, pemerintah terus berupaya memberikan jaminan keselamatan kepada warga lereng Gunung Merapi dari ancaman letusan. "Bagi kita keselamatan yang paling penting, oleh karena itu pemerintah terus bekerja, mulai kades, camat, bupati, gubernur sampai dengan presiden untuk mengamankan, menyelamatkan semua saudara-saudara kita di tempat ini," katanya di Magelang, Selasa, saat mengunjungi pengungsian warga lereng Merapi di Desa Tanjung, Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (Jateng). Presiden Yudhoyono terlihat antara lain didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono, Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah, Seskab Sudi Silalahi, Wagub Jateng Ali Mufiz dan Bupati Magelang Singgih Sanyoto. Pada kesempatan itu Presiden meminta seluruh komponen masyarakat berdoa. Jika terjadi letusan Gunung Merapi diharapkan tidak membawa korban jiwa dan harta benda yang tidak perlu. "Saya mohon doa bapak ibu jangan sampai ada bencana yang mengakibatkan korban yang tidak perlu, anak-anak yang saat ini sedang menghadapi ujian mudah-mudahan bisa belajar dan mengikuti ujian dengan baik," katanya. Ia meminta masyarakat lereng Merapi bersabar di pengungsian sambil menunggu situasi Merapi normal. Jika sekarang buru-buru kembali ke desa dan kemudian terjadi letusan Merapi seperti Tahun 1994 yang membawa banyak korban jiwa warga Turgo Sleman Yogyakarta, katanya dan menambahkan, nanti akan menyesal. "Karena ternyata `wedhos gembel` (Awan panas,Red) arahnya tidak pasti, meski sudah diperkirakan lurus tiba-tiba belok kanan belok kiri sehingga dulu di Turgo Yogyakarta banyak korban," katanya. Ia mengharapkan bencana letusan Merapi tidak mengakibatkan kerusakan besar dan masyarakat bisa secara aman kembali ke kampung halaman masing-masing. Presiden sekitar 15 menit berada di penampungan pengungsi Desa Tanjung Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang dan selanjutnya menuju ke Posko Penanganan Pengungsi Merapi di Kecamatan Dukun dan menginap di tempat itu Selasa (16/5) malam.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006