Pemerintah berkomitmen mengurangi sampah laut sebesar 75 persen pada 2025 dalam upaya mengatasi persoalan polusi plastik
Kabupaten Bekasi (ANTARA) - Pabrik daur ulang botol plastik berjenis polyethylene terephthalate (PET) Amandina Bumi Nusantara diresmikan di Kawasan Industri GIIC Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.

Pembangunan pabrik seluas 20.000 meter persegi yang terdiri atas tiga area utama yakni area produksi, gudang, dan kantor itu merupakan usaha bersama Coca Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia dan Dynapack Asia.

"Plastik itu berbahaya tapi dibutuhkan. Masalah sampah plastik masalah dunia, harus ditangani dengan baik. Pemerintah berkomitmen mengurangi sampah laut sebesar 75 persen pada 2025 dalam upaya mengatasi persoalan polusi plastik," kata Luhut di Cikarang, Rabu.

Baca juga: BRIN manfaatkan teknologi nuklir untuk daur ulang sampah plastik

Ia mengapresiasi jalinan kerja sama antara dua perusahaan produksi plastik itu dalam mempromosikan sistem closed-loop yang dinilai mampu memacu pertumbuhan ekonomi sirkular sekaligus membantu mengatasi masalah lingkungan hidup.

Luhut juga berharap para pelaku industri lain turut berkontribusi dalam mewujudkan ekonomi sirkuler secara closed-loop. Partisipasi semua pemangku kepentingan dibutuhkan untuk mencapai tujuan ini.

"Percepatan program pengelolaan sampah berbasis sumber dapat dilakukan secara gotong royong oleh semua pihak. Bagian dari landasan negara, Pancasila. Saya berharap Amandina memainkan peran mengatasi masalah sampah sekaligus memberi manfaat lingkungan dan sosial melalui sistem closed-loop," katanya.

"Pemerintah akan bangun Sentral Terpusat usaha ini, pekerjaan besar namun aksi konkret bagi pelestarian lingkungan. Kita juga kembangkan kawasan bakau seluas 600 ribu hektare melalui pendanaan investor Arab Saudi dan Bank Dunia," imbuh dia.

Presiden Direktur CCEP untuk Indonesia dan Papua New Guinea Jorge Escudero menekankan pentingnya pendekatan closed-loop melalui metode pengelolaan sampah kemasan plastik dari botol menjadi botol kembali sehingga mampu mengurangi kebutuhan material plastik baru sekaligus menjadikan kemasan plastik berjangka waktu panjang.

"Kami berkomitmen memastikan pasokan rPET berkualitas tinggi sesuai kebijakan pemerintah dan standar keamanan pangan internasional, serta meningkatkan penghidupan yang layak dan memberikan kesempatan bagi pekerja pengumpul sampah dan masyarakat," katanya.

Jorge menyebut investasi yang dibutuhkan mencapai Rp556,2 miliar untuk produksi botol kemasan daur ulang jenis PET yang tidak hanya akan mengurangi penggunaan plastik murni namun juga menurunkan emisi karbon.

"Saat ini PT Amandina Bumi Nusantara mampu memproduksi 25.000 ton rPET per tahun sebagai wujuf kontribusi nyata mengatasi persoalan sampah plastik di Indonesia," katanya.

CEO Dynapack Asia Tirtadjaja Hambali mengaku terhormat dapat bermitra dengan CCEP Indonesia dalam menghadirkan solusi sirkularitas plastik yang menggaris bawahi komitmen perusahaan terhadap pengemasan yang berkelanjutan.

"Dengan memastikan pengumpulan yang bertanggung jawab, diintegrasikan ke rantai pasokan pengumpulan sampah dan memprioritaskan keamanan kondisi kerja serta standar hak asasi manusia, kami membantu mewujudkan visi kami tentang masa depan yang sirkular sekaligus memberikan dampak positif, satu botol setiap kali," katanya.

CCEP Indonesia dan Dynapack Asia juga meluncurkan organisasi nirlaba, Yayasan Mahija Parahita Nusantara (Mahija Foundation) yang membantu pengadaan bahan baku plastik daur ulang lokal bagi Amandina sekaligus memberi dukungan bagi peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup komunitas pengumpul sampah informal.

Dukungan itu berupa pekerjaan yang berkesinambungan, bantuan sosial, praktik pengelolaan sampah yang bertanggung jawab, serta dukungan pendidikan bagi anak-anak para pekerja. 

Baca juga: Skenario guna ulang jadi solusi kurangi limbah plastik di Jakarta

Pewarta: Pradita Kurniawan Syah
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023