JAKARTA (ANTARA) - Zoom Video Communications akan memberhentikan sekitar 1.300 karyawan dan mengeluarkan biaya hingga 68 juta dolar AS (sekitar Rp1 triliun), seiring dengan permintaan layanan konferensi melalui video yang melambat karena pandemi mulai melandai.

Menurut laporan Reuters pada Rabu, saham perusahaan yang turun 63 persen tahun lalu di tengah lesunya saham teknologi, sempat ditutup naik 9,9 persen karena kabar tersebut, meski kembali turun sedikit pada perpanjangan bursa perdagangan.

Saat mengumumkan PHK, yang akan mencapai hampir 15 persen dari tenaga kerja, Chief Executive Officer Eric Yuan mengatakan dirinya akan mengambil pemotongan gaji sebesar 98 persen untuk tahun fiskal mendatang dan tidak mengambil bonus.

"Kami bekerja tanpa lelah... tetapi kami juga membuat kesalahan. Kami tidak menghabiskan waktu sebanyak yang seharusnya untuk menganalisis tim kami secara menyeluruh atau menilai apakah kami tumbuh secara berkelanjutan, menuju prioritas tertinggi," kata Yuan.

Berdasarkan peraturan setempat, Zoom akan dikenakan biaya sekitar 50 juta hingga 68 juta dolar AS terkait dengan pengajuan PHK pada Selasa. Perusahaan mengatakan sebagian besar biaya itu akan dihabiskan pada kuartal pertama tahun fiskal 2024.

Platform yang menjadi andalan para pekerja WFH selama masa pembatasan aktivitas, karena popularitas konferensi melalui video, kini telah mengalami perlambatan pertumbuhan pendapatan.

Baca juga: Riset Zoom: Selasa hari tersibuk & mobil tempat favorit rapat daring

Baca juga: Zoom prediksi tren keamanan siber 2023

Baca juga: Zoom bantu wujudkan layanan kesehatan digital yang terdesentralisasi


 

Penerjemah: Siti Zulaikha
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023