Singapura (ANTARA) - Dolar melemah di perdagangan Asia pada Rabu sore, setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell menunjukkan sedikit tanda tekanan hawkish terhadap pasar tenaga kerja yang tangguh di Amerika Serikat, meningkatkan harapan bahwa suku bunga mungkin tidak akan naik lebih jauh.

Dalam sesi tanya jawab di hadapan Economic Club of Washington pada Selasa (7/2/2023), Powell mengakui bahwa suku bunga mungkin perlu bergerak lebih tinggi dari yang diharapkan jika kondisi ekonomi tetap kuat tetapi menegaskan kembali bahwa dia merasa proses disinflasi sedang berlangsung.

Dolar AS berjuang untuk memulihkan kerugiannya di perdagangan Asia pada Rabu, setelah tergelincir di sesi sebelumnya saat Powell berbicara.

Sterling menguat 0,02 persen menjadi 1,20525 dolar, rebound dari level terendah satu bulan sehari sebelumnya di 1,19615 dolar.

Demikian pula, euro terakhir sedikit lebih tinggi di 1,0730 dolar, setelah jatuh menjadi 1,06695 dolar di sesi sebelumnya, terendah sejak 9 Januari. Powell "belum tentu mengatakan sesuatu yang benar-benar baru.... Saya pikir kita sudah cukup terbiasa dengan gagasan bahwa Fed sekarang pasti bergantung pada data," kata Chris Weston, kepala penelitian di Pepperstone, dikutip dari Reuters.

"Pasar dan bank sentral semuanya dalam posisi sekarang di mana mereka hanya mengamati data, jadi untuk saat ini kami kurang peka terhadap pejabat Fed dan jauh lebih peka terhadap data."

Terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, indeks dolar AS stabil di 103,31, setelah tergelincir 0,3 persen di sesi sebelumnya.

Greenback mengalami reli singkat setelah laporan pekerjaan yang kuat pada Jumat (3/2/2023), yang menunjukkan bahwa data penggajian nonpertanian (NFP) telah melonjak sebesar 517.000 pekerjaan bulan lalu.

Itu mengirim indeks dolar AS ke level tertinggi satu bulan di 103,96 pada Selasa (7/2/2023), karena investor menaikkan ekspektasi mereka tentang seberapa jauh Fed perlu terus menaikkan suku bunga. Pasar berjangka menunjukkan bahwa pasar memperkirakan suku bunga dana Fed mencapai puncak tepat di atas 5,1 persen pada Juni.

Di tempat lain, yen terakhir dibeli di 131,21 per dolar, setelah melonjak 1,2 persen di sesi sebelumnya.

Upah riil Jepang naik untuk pertama kalinya dalam sembilan bulan berkat bonus sementara yang kuat, data pada Selasa (7/2/2023) menunjukkan, menawarkan secercah harapan kepada investor, yang mengikuti tren upah di negara tersebut.

Pertumbuhan gaji yang substansial dalam pembicaraan tenaga kerja musim semi dipandang sebagai syarat penting bagi Bank Sentral Jepang (BoJ) untuk mengurangi stimulus moneternya yang masif.

Secara terpisah, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan pada Rabu bahwa gubernur BoJ yang baru harus memiliki keterampilan komunikasi yang kuat dan kemampuan untuk berkoordinasi erat dengan bank-bank sentral global.

Kiwi tergelincir 0,02 persen menjadi 0,6324 dolar AS, sementara Aussie naik 0,06 persen menjadi 0,6964 dolar AS, setelah melonjak lebih dari 1,0 persen sehari sebelumnya.

Bank Sentral Australia pada Selasa (7/2/2023) menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, seperti yang diharapkan, tetapi menegaskan kembali bahwa kenaikan lebih lanjut akan diperlukan, menunjukkan kemiringan kebijakan yang lebih hawkish daripada yang diperkirakan banyak orang.

"Sebagian besar pelaku pasar agak lengah oleh kecenderungan hawkish," kata Carol Kong, ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia. Dia sekarang memperkirakan dua kenaikan 25 basis poin lagi pada Maret dan April, membawa suku bunga ke puncak 3,85 persen.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023