Powell mempertahankan nada yang relatif dovish, dan pasar menganggap itu sebagai lampu hijau untuk reli...
Tokyo (ANTARA) - Saham-saham Asia-Pasifik jatuh pada awal perdagangan Jumat, merosot menuju kerugian mingguan kedua karena investor resah tentang potensi pengetatan Federal Reserve lebih lanjut dan dampaknya terhadap ekonomi AS.

Imbal hasil obligasi pemerintah jangka pendek AS bertahan di dekat level tertinggi satu bulan, membantu dolar naik terhadap mata uang utama, setelah Presiden Fed Richmond, Thomas Barkin semalam menambahkan paduan suara komentar bank sentral yang hawkish dalam beberapa hari terakhir.

Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik merosot 0,54 persen dan berada di jalur untuk penurunan mingguan sekitar 1,0 persen, setelah tergelincir 1,16 persen di minggu sebelumnya.

Baca juga: Saham Asia stabil, dolar naik karena pasar menilai prospek suku bunga

Indeks saham-saham unggulan China daratan CSI 300 kehilangan 0,41 persen dan Hang Seng Hong Kong jatuh 1,19 persen.

Harga gerbang pabrik China pada Januari turun lebih besar dari yang diperkirakan para ekonom, menunjukkan bahwa permintaan domestik yang memicu harga konsumen setelah kebijakan nol-COVID berakhir belum cukup kuat untuk menghidupkan kembali sektor hulu.

Indeks acuan saham Australia S&P/ASX 200 melemah 0,56 persen dan indeks KOSPI Korea Selatan tergelincir 0,49 persen. Sementara itu, Nikkei Jepang melawan tren dengan kenaikan 0,5 persen, didorong oleh beberapa laporan laba perusahaan yang kuat.

Ekuitas berjangka AS datar, setelah S&P 500 tenggelam 0,88 persen semalam.

"Apakah inflasi mereda? Itu benar-benar pertanyaan inti untuk tahun ini," kata Barkin dalam podcast di situs web Fed ​​​​​​ Richmond menambahkan bahwa dia merasa penurunan sejauh ini telah "terdistorsi" oleh beberapa penurunan harga barang.

Baca juga: IHSG jelang akhir pekan melemah ikuti penurunan bursa Asia

Pada awal pekan, investor telah disemangati setelah Ketua Fed Jerome Powell menahan diri untuk tidak mengambil sikap yang lebih hawkish setelah laporan pekerjaan yang jauh lebih kuat dari perkiraan pada akhir minggu lalu.

"Powell mempertahankan nada yang relatif dovish, dan pasar menganggap itu sebagai lampu hijau untuk reli, tetapi hampir 24 jam kemudian kami mendapat aliran pidato Fed yang sangat hawkish," kata Tony Sycamore, ahli strategi di IG.

"Jika suku bunga melewati kisaran lima dan lima seperempat persen yang telah ditunjukkan oleh Fed sebelumnya, pasar pasti tidak memperkirakan itu - sama sekali tidak."

Pasar uang saat ini memperkirakan puncak dalam siklus suku bunga saat ini sekitar 5,15 persen pada Juli.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun sedikit menurun menjadi sekitar 4,48 persen di Tokyo, setelah menyentuh level tertinggi sejak 6 Januari di 4,514 persen semalam. Imbal hasil 10-tahun turun tipis menjadi sekitar 3,67 persen setelah melonjak sekitar 3,96 persen pertengahan minggu, juga tertinggi sejak 6 Januari.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya termasuk euro dan yen, naik sedikit ke 103,28, bertahan di tengah kisarannya minggu ini. Menyentuh 103,96 pada Selasa (7/2/2023) untuk pertama kalinya sejak 6 Januari juga.

Baca juga: Saham Inggris kembali menguat, indeks FTSE 100 terangkat 0,33 persen

Sementara itu, harga minyak mentah turun pada awal perdagangan Jumat tetapi menuju kenaikan mingguan, dengan pasar terus bergerak naik-turun antara kekhawatiran resesi memukul Amerika Serikat dan harapan untuk pemulihan permintaan bahan bakar yang kuat di China, importir minyak utama dunia.

Minyak mentah berjangka Brent turun 28 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 84,22 dolar AS per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 35 sen atau 0,5 persen menjadi 77,71 dolar AS per barel.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023