New York (ANTARA) - Harga minyak naik lebih dari 2,0 persen pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dan membukukan kenaikan mingguan lebih dari 8,0 persen, karena Rusia mengumumkan rencana untuk mengurangi produksi minyak bulan depan setelah Barat memberlakukan batasan harga pada minyak mentah dan bahan bakar negara itu.

Minyak mentah berjangka Intermediate West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret terangkat 1,66 dolar AS atau 2,1 persen, menjadi menetap di 79,72 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April bertambah 1,89 dolar AS atau 2,2 persen, menjadi ditutup pada 86,39 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Brent membukukan kenaikan mingguan sebesar 8,1 persen, sementara WTI naik 8,6 persen.

Rusia berencana untuk mengurangi produksi minyak mentahnya pada Maret sebesar 500.000 barel per hari (bph), atau sekitar 5,0 persen dari produksi, kata Wakil Perdana Menteri Alexander Novak.

Negara-negara Barat telah memberlakukan pembatasan, mencoba menghentikan pendapatan minyak Rusia sebagai tanggapan atas tindakan negara tersebut di Ukraina. Pemotongan produksi menunjukkan bahwa batasan harga dan larangan Uni Eropa baru-baru ini terhadap produk minyak Rusia, yang mulai berlaku pada 5 Februari, memiliki beberapa dampak.

“Sebagian besar analis telah memperkirakan produksi Rusia turun 700.000-900.000 pada tahun 2023,” kata Rebecca Babin, pedagang energi senior di CIBC Private Wealth AS. “Kunci minyak mentah untuk keluar dari kisaran perdagangan saat ini adalah pemulihan permintaan China.”

Produksi Rusia tahun lalu menentang prediksi penurunan, tetapi penjualan minyaknya akan terbukti lebih sulit karena menghadapi sanksi baru.

OPEC+ tidak merencanakan tindakan setelah Rusia mengumumkan pengurangan produksi minyak, kata dua delegasi OPEC+ kepada Reuters.

"Dalam jangka sangat pendek, (pemotongan produksi Rusia) tidak terlalu berarti karena ada jadwal pemeliharaan kilang yang signifikan mengurangi permintaan hari ini, tetapi seiring kita melangkah maju dan permintaan minyak dunia terus pulih, itu meningkatkan defisit pasokan," kata Andrew Lipow, presiden konsultan Lipow Oil Associates.

Kekhawatiran ekonomi masih menekan harga, dengan lemahnya data permintaan dari China dan kekhawatiran resesi di Amerika Serikat. Yang juga membatasi kenaikan adalah peningkatan klaim pengangguran mingguan AS dan persediaan minyak yang lebih tinggi.

Goldman Sachs menurunkan perkiraan harga Brent 2023 menjadi 92 dolar AS per barel dari 98 dolar AS dan perkiraan harga 2024 menjadi 100 dolar AS dari 105 dolar AS.

Para pejabat negara OPEC mengatakan kepada Reuters bahwa minyak dapat melanjutkan kenaikannya pada tahun 2023 karena permintaan China pulih setelah pembatasan COVID dibatalkan dan kurangnya investasi membatasi pertumbuhan pasokan, dengan jumlah permintaan terus meningkat melihat kemungkinan harga kembali ke 100 dolar AS per barel.

Dalam pasokan AS, perusahaan-perusahaan energi memangkas jumlah rig gas alam paling banyak dalam seminggu sejak Oktober 2017, sambil menambahkan rig minyak paling banyak dalam seminggu sejak Juni, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.

Jumlah total rig minyak dan gas, indikator awal produksi masa depan, naik dua menjadi 761 dalam seminggu hingga 10 Februari.

Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) akan kembali menunda publikasi laporan Komitmen Pedagang mingguan yang akan jatuh tempo pada Jumat (10/2/2023) setelah serangan ransomware pada unit ION Markets, kata lembaga tersebut dalam sebuah pernyataan.


Baca juga: Harga minyak tergelincir di Asia, tetapi menunjukkan kenaikan mingguan
Baca juga: Minyak turun di awal sesi Asia, tapi di jalur untuk kenaikan mingguan
Baca juga: Minyak jatuh karena dampak gempa mereda, khawatir kenaikan suku bunga

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023