Kami harap tahun ini tingkat okupansi hotel bisa kembali seperti tahun 2019
Medan, Sumatera Utara (ANTARA) - Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani berharap pencabutan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) akan mendongkrak pertumbuhan industri perhotelan pada 2023.

Pencabutan PPKM membuat masyarakat semakin berani melakukan perjalanan, sehingga tingkat okupansi hotel ikut bertumbuh. Selain itu, banyaknya kegiatan pemerintah selama pandemi COVID-19, khususnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 turut menopang industri ini.

"Kami harap tahun ini tingkat okupansi hotel bisa kembali seperti tahun 2019," kata Hariyadi saat dihubungi di Medan, Sumatera Utara, Sabtu.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat penghunian kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada Desember 2022 mencapai 56,9 persen, naik 5,33 poin dibandingkan dengan TPK Desember 2021.

Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, TPK Desember 2022 juga mengalami kenaikan, yaitu sebesar 2,49 poin.

TPK hotel klasifikasi nonbintang pada Desember 2022 tercatat sebesar 26,45 persen, naik 1,88 poin dibandingkan dengan TPK Desember 2021 dan mengalami kenaikan 2,41 poin dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Hariyadi menyebutkan pertumbuhan tingkat okupansi hotel terjadi terutama karena kunjungan wisatawan domestik, sedangkan wisatawan asing belum memberikan dampak yang signifikan.

Namun, dengan pembukaan dari Tiongkok baru-baru ini, ia memperkirakan jumlah wisatawan asing yang datang ke hotel akan meningkat.

Dihubungi secara terpisah, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan pencabutan PPKM membuat masyarakat langsung membelanjakan uang cukup banyak untuk berwisata. Peningkatan pariwisata akan menumbuhkan industri turunannya, seperti industri perhotelan.

"Perkiraannya tren konsumsi wisata ini akan terus berlanjut saat Ramadhan dan Lebaran tiba," ungkap Bhima.

Ekonom Senior Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan peningkatan tingkat okupansi hotel pada tahun ini disebabkan oleh beberapa faktor, yakni tren staycation dan semakin banyaknya hotel yang mendapatkan sertifikat bebas COVID-19 dari pemerintah.

Maka dari itu, ia menyarankan agar industri perhotelan bisa meningkatkan fasilitas, memberikan promosi, dan mendapatkan sertifikat bebas COVID-19 dari pemerintah untuk menarik wisatawan.

"Ketiga langkah ini akan membuat wisatawan lebih nyaman dan merasa aman saat menginap di hotel," ucap Yusuf.

Baca juga: ITDC: Tingkat hunian hotel di The Nusa Dua tumbuh 197 persen pada 2022
Baca juga: Sandi: Tingkat okupansi hotel saat Natal-tahun baru menggembirakan
Baca juga: Okupansi hotel di DIY lampaui capaian sebelum pandemi

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023