Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk mengoptimalkan intervensi spesifik dan sensitif guna mencegah dan menangani kasus stunting.

"Optimalisasi konvergensi intervensi spesifik dan sensitif perlu menjadi perhatian seluruh pemangku kepentingan," kata Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan Kemenko PMK, Agus Suprapto dihubungi dari Jakarta, Selasa.

Agus yang pernah menjabat Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK itu mengatakan bahwa intervensi spesifik dan sensitif harus dilakukan secara konvergen, integratif, dan berkualitas melalui kerja sama seluruh pihak terkait.

Baca juga: BKKBN: Angka stunting di Jatim turun menjadi 19,2 persen

Dia mengatakan intervensi spesifik adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengatasi penyebab langsung terjadinya stunting. Sementara intervensi sensitif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengatasi penyebab tidak langsung terjadinya stunting.

"Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, dalam rangka menciptakan generasi berkualitas yang akan melanjutkan program pembangunan bangsa secara berkelanjutan," katanya.

Kemenko PMK, kata dia, akan terus melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai pentingnya optimalisasi intervensi spesifik dan sensitif sebagai salah satu dari lima pilar utama yang menjadi strategi nasional percepatan penurunan stunting.

"Terdapat lima pilar dalam strategi nasional percepatan penurunan stunting yang perlu menjadi prioritas bersama," katanya.

Pertama, kata dia, peningkatan komitmen dan visi kepemimpinan di kementerian/lembaga, pemerintah daerah, hingga pemerintah desa.

Baca juga: Kemenag Sulbar libatkan tokoh agama untuk turunkan angka stunting

Baca juga: Menko PMK minta bupati Ngawi entaskan 12.000 warga miskin ekstrem


Kedua, peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat. Ketiga, optimalisasi intervensi spesifik dan sensitif.

Keempat, peningkatan ketahanan pangan dan gizi, baik pada individu, keluarga, maupun masyarakat dan kelima, penguatan dan pengembangan sistem, data, informasi, riset, dan inovasi.

"Melalui peran aktif seluruh pemangku kepentingan, pelaksanaan lima pilar tersebut akan berjalan dengan baik dan upaya pembangunan SDM juga berjalan optimal," katanya.

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023