Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia ​​​​​​Angela Herliani Tanoesoedibjo mengatakan alam merupakan aset terbesar pariwisata Indonesia oleh sebab itu harus dijaga keberlanjutannya.

Baca juga: Wamenparekraf bangga Bogor Street Festival rangkum kearifan lokal

"Alam merupakan salah satu aset terbesar bagi pariwisata Indonesia. Kalau kita lihat lima destinasi super prioritas (DSP) sekarang ini, orang datang karena alam kita tidak ada duanya," kata Angela dalam keterangannya pada Rabu.

Oleh karena itu, keberlanjutan alam harus dijaga, salah satunya dengan penanganan sampah. "Ini harus menjadi prioritas, agar nilai ekonomi pariwisata yang memiliki dampak berganda, multiplier effect, sangat besar bisa diteruskan dari generasi ke generasi," katanya melanjutkan. Lebih lanjut Angela lantas menambahkan dia mendukung pengelolaan sampah di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) Indonesia. Sementara itu, guna menjawab permasalahan sampah di Indonesia harus dengan cara sistematik, kolaboratif dan langsung menyasar kepada akar permasalahan yang berbeda-beda di setiap daerah, kata dia.

Baca juga: Wamenparekraf: Target devisa pariwisata 2,07 miliar dolar AS pada 2023

Salah satu upaya kolaboratif dalam menanggulangi sampah di sektor pariwisata adalah munculnya gelaran Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) persembahan Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB), bagian dari Group GoTo yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan sampah di Bali, Danau Toba, dan Labuan Bajo.

CCE dimulai pada November 2021 dengan mengembangkan kapabilitas 33 peserta yang membawa perubahan yang disebut sebagai changemakers, serta memantik kolaborasi yang mengkoneksikan sekitar 200 organisasi lewat Catalyst Changemakers Lab (Lab).

Tiga kelompok changemakers yang terpilih kemudian mendapatkan pendanaan untuk mengimplementasikan solusi inovatif melalui proyek percontohan di Semarang, Bandar Lampung, dan Makassar. 

Melalui CCE, para pelaku usaha rintisan dan organisasi kemasyarakatan diajak untuk menciptakan inovasi yang dapat mempercepat penerapan ekonomi sirkular dan mewujudkan Indonesia bebas sampah.

Baca juga: Angela sebut Kemenparekraf punya target besar pada 2023

Tahun ini, CCE gelombang kedua akan berfokus untuk menyelesaikan permasalahan sampah melalui penerapan ekonomi sirkular. Sampah masih menjadi salah satu isu sentral untuk membangun ketangguhan terhadap iklim. Menurut data, permasalahan sampah menyumbang 6,94 persen emisi gas rumah kaca (GRK) Indonesia , dan hal ini masih terus terjadi dari tahun ke tahun.

Monica Oudang, Chairperson Yayasan Anak Bangsa Bisa mengungkapkan bahwa YABB banyak belajar dari berbagai pihak dalam menyelesaikan masalah kompleks, yaitu solusi jangka panjang berasal dari kolaborasi lintas sektor.

“Oleh karena itu, YABB meluncurkan Catalyst Changemakers Ecosystem gelombang kedua sebagai wujud dari tekad kami untuk terus menciptakan dampak yang lebih besar," kata Monica. 

CCE memilih pendekatan ekonomi sirkular karena perannya yang vital dalam menyelesaikan masalah sampah dan turut berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon. Melalui pendekatan ini, CCE menghubungkan para pembuat dampak di area hulu dan hilir agar solusi yang dihasilkan dapat menjadi lebih holistik. Untuk lokasi implementasi solusi, CCE memilih kawasan pariwisata karena peran pentingnya dalam mendorong perekonomian negara.  

 

 



Baca juga: Kemenparekraf usulkan 19 lokasi prioritas DAK pariwisata tahun 2023

Baca juga: Wamenparekraf: Pemerintah terus pacu pelaku ekonomi kreatif naik kelas

Pewarta: Siti Zulaikha
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2023