Minyak mentah berjangka Brent terangkat 59 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 85,97 dolar AS per barel pada pukul 07.25 GMT
Bengaluru (ANTARA) - Harga minyak menguat di perdagangan Asia pada Kamis sore, karena harapan pemulihan permintaan bahan bakar yang kuat di konsumen minyak utama China mengimbangi kerugian yang timbul dari penguatan greenback dan peningkatan besar dalam persediaan minyak mentah AS.

Minyak mentah berjangka Brent terangkat 59 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 85,97 dolar AS per barel pada pukul 07.25 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS bertambah 73 sen atau 0,9 persen, menjadi diperdagangkan di 79,32 dolar AS per barel.

Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan permintaan minyak akan naik 2 juta barel per hari (bph) pada 2023, naik 100.000 bph dari perkiraan bulan lalu ke rekor 101,9 juta bph, dengan China menyumbang 900.000 bph dari kenaikan tersebut.

China akan menyumbang hampir setengah dari pertumbuhan permintaan minyak 2023 setelah melonggarkan pembatasan COVID-19, kata badan yang berbasis di Paris itu.

Dolar AS, yang umumnya bergerak terbalik dengan harga minyak mentah, melonjak didukung data penjualan ritel AS yang bullish dan mempertahankan sebagian besar kenaikan tersebut pada Kamis.

Baca juga: Minyak menguat di awal sesi Asia, pasar abaikan lonjakan persediaan AS

Baca juga: Minyak turun tertekan penguatan dolar dan kekhawatiran suku bunga


"Tentang China, prospek optimis OPEC dan IEA membantu. Dorongan ke atas mengimbangi bobot peningkatan stok minyak AS yang besar, tetapi saya belum melihat lebih banyak ruang," kata Vandana Hari, pendiri penyedia analisis pasar minyak Vanda Insights.

Stok minyak mentah AS melonjak pekan lalu sebesar 16,3 juta barel menjadi 471,4 juta barel, level tertinggi sejak Juni 2021, kata Badan Informasi Energi (EIA).

Peningkatan yang lebih besar dari perkiraan sebagian besar disebabkan oleh penyesuaian data, yang menurut para analis meredam dampaknya terhadap harga minyak.

"Harga minyak diperkirakan akan berayun dalam kisaran sempit, terjebak di antara dinamika penawaran-permintaan yang berbeda," kata pakar pasar independen Sugandha Sachdeva.

"Sementara produksi AS yang terus meningkat dan persediaan yang membengkak dikombinasikan dengan pemulihan luas dalam dolar AS bertindak sebagai hambatan harga minyak, masih ada narasi kebangkitan permintaan yang kuat dari China dan prospek penurunan produksi terkait Rusia mendongkrak harga minyak," tambah Sachdeva.

Sekitar 1 juta barel per hari produksi minyak akan dihentikan pada akhir kuartal pertama, kata IEA, menyusul larangan Eropa atas impor lintas laut dan sanksi batas harga internasional.

Analis di Commonwealth Bank menunjukkan dalam sebuah catatan bahwa OPEC+ tidak akan berupaya meningkatkan produksi untuk mengkompensasi produksi Rusia yang lebih rendah.

Itu berarti tanggung jawab ada pada Amerika Serikat dan produsen non-OPEC lainnya untuk meningkatkan produksi tidak hanya untuk mengimbangi produksi Rusia yang lebih rendah, tetapi juga untuk memenuhi peningkatan permintaan minyak global, catatan itu menambahkan.

Baca juga: Minyak turun di Asia, melonjaknya stok AS picu kekhawatiran permintaan

Baca juga: Minyak jatuh di awal perdagangan Asia setelah persediaan AS melonjak

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023