Moskow (ANTARA) - Rubel Rusia mencapai level terendah hampir 10 bulan di dekat 75 terhadap dolar AS pada awal perdagangan Kamis, dirugikan oleh masuknya pendapatan mata uang asing yang lebih rendah dari ekspor minyak dan gas serta kekhawatiran tentang kemungkinan babak baru sanksi Uni Eropa terhadap Moskow .

Rubel melemah 0,4 persen terhadap dolar menjadi diperdagangkan di 74,8 pada pukul 07.44 GMT, sebelumnya meluncur ke 74,91, angka terlemah sejak 25 April 2022.

Mata uang Rusia juga telah kehilangan 0,3 persen terhadap euro menjadi diperdagangkan di 80,1 dan turun 0,3 persen menjadi diperdagangkan pada 10,91 terhadap yuan China.

Rubel telah jatuh tahun ini sebagai akibat dari pendapatan energi yang lebih rendah, karena embargo Uni Eropa pada minyak Rusia dan batas harga oleh negara-negara G7 membebani penjualan.

Bank sentral memperkirakan surplus neraca berjalan Rusia, yang menyusut 58,2 persen pada Januari, turun menjadi 66 miliar dolar AS tahun ini, karena impor pulih dan ekspor kesulitan, menambah tekanan pada rubel.

Mata uang Rusia mungkin menghadapi hambatan lebih lanjut karena para pemimpin Uni Eropa membahas serangkaian sanksi baru terhadap Rusia atas tindakannya di Ukraina, dengan politisi, pemimpin militer, dan bank Rusia diperkirakan akan menjadi sasaran.

Namun, mata uang Rusia dapat pulih selama sesi hari ini karena kenaikan harga minyak dan peningkatan permintaan rubel dari perusahaan-perusahaan pengekspor membantu penguatannya, kata kepala analis Banki.ru Bogdan Zvarich.

Harga minyak mentah Brent, patokan untuk ekspor utama Rusia naik 0,7 persen menjadi diperdagangkan di 86,0 dolar AS per barel.

Sementara itu, pasar saham Rusia beragam. Indeks RTS berdenominasi dolar turun 0,3 persen menjadi diperdagangkan pada 912,3 poin, sedangkan indeks MOEX Rusia berbasis rubel naik 0,1 persen menjadi diperdagangkan pada 2.169,0 poin.


Baca juga: Rubel Rusia menguat jelang keputusan suku bunga bank sentral
Baca juga: Minyak naik, pasar pertimbangkan rencana pemotongan pasokan Rusia
Baca juga: Rusia berusaha kumpulkan informasi soal infrastruktur energi Norwegia

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023