Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan permasalahan stunting harus tuntas untuk membangun Indonesia yang berkualitas.

“Bapak Presiden berpesan keluarga harus jadi perhatian serius, karena keluarga jadi fondasi utama dalam pembangunan bangsa. Sehingga BKKBN diminta untuk memperhatikan kualitas keluarga,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam Kick Off Meeting yang diikuti di Jakarta, Kamis.

Berkaca pada struktur penduduk Indonesia dari piramida penduduk tahun 2020, Hasto menuturkan meski kini jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, tetapi masih terpantau tumbuh seimbang dan terkendali.

Pertumbuhan penduduk seimbang itu, menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan pembangunan lewat sumber daya manusianya. Indonesia juga diproyeksikan akan memiliki banyak penduduk usia produktif dan meraih bonus demografi di tahun 2030.

Baca juga: Program Posyandu Prima Surabaya jadi percontohan nasional

Baca juga: Menko PMK: Penurunan stunting jadi kunci penyiapan generasi unggul RI


Sayangnya, setiap kelompok mempunyai kerentanan dan dampak yang berbeda-beda bagi pembangunan bangsa, salah satunya adalah stunting dalam kelompok usia balita dan anak.

Stunting dinilai sebagai suatu masalah yang sangat serius, stunting bahkan mendapatkan atensi lebih dari Presiden RI Joko Widodo. Sebab dalam jangka waktu yang panjang stunting dapat menurunkan kemampuan kognitif dan menurunkan produktifitas akibat mudah terpapar penyakit.

Terlebih stunting bisa mengenai anak sejak dalam kandungan. Hal tersebutlah yang mengancam Indonesia memetik bonus demografi yang berkualitas, sementara di sisi lain. Meski angka prevalensi stunting berdasarkan data SSGI 2022 memang turun menjadi 21,6 persen dari 24,4 persen di tahun 2021.

Namun, stunting masih banyak ditemukan di berbagai provinsi. Bahkan angka di enam provinsi jika merujuk dari data yang sama, diketahui justru mengalami kenaikan. Misalnya Sulawesi Barat, Papua, NTB, Papua Barat, Sumatera Barat dan Kalimantan Timur.

“Makanya kalau anak sejak remaja ini kalau putus sekolah, kawin muda, hamil di usia dini dan sering hamil, banyak, kita bisa miss demographics independence. Jadi musibah karena semuanya merupakan faktor risiko stunting,” ujarnya.

Oleh karenanya, pembangunan bangsa yang dimulai dari keluarga adalah fondasi tercapainya kemajuan bangsa. Dalam hal ini, pemerintah melalui Program Bangga Kencana bertujuan untuk mewujudkan keluarga sehat, produktif dan berkualitas.

Di mana generasi milenial dan post-milenial menjadi sasaran utama dari Bangga Kencana. Cara yang ditempuh pemerintah pun tidak hanya melalui intervensi spesifik (lewat aspek kesehatan) maupun sensitif (lewat aspek di luar kesehatan) saja, melainkan mengubah pola komunikasi dalam menggaungkan pencegahan stunting.

Misalnya, mengkonsumsi banyak protein hewani yang bersumber dari pangan lokal dengan harga yang terjangkau. Protein hewani bisa didapatkan dari telur, ikan lele, ikan kembung atau daging ayam dan susu. Tidak harus melalui salmon atau daging sapi yang mahal.

Kemudian terkait pentingnya pemeriksaan kesehatan sejak dari usia muda. Pemerintah mulai memperketat pemantauan kesehatan calon ibu sejak remaja, yakni melalui pemberian tablet tambah darah yang dilanjutkan dengan skrining melalui Aplikasi Elsimil guna mendapatkan data riil atas kesehatan ibu hingga menggemakan kembali pemakaian alat kontrasepsi setelah ibu melahirkan.

“Makanya pembangunan manusia berkualitas luar biasa penting untuk kita. (Pembangunan) infrastruktur memang penting, tapi pembangunan manusia penting untuk mencegah stunting dan mental emotional disorder,” katanya.*

Baca juga: Kemenkes: Susu kental manis tidak bisa gantikan ASI

Baca juga: Pakar gizi: Cegah stunting dengan asupan nutrisi yang baik


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023