Singapura (ANTARA) - Dolar mendorong imbal hasil obligasi AS lebih tinggi di awal sesi Asia pada Jumat pagi, mengincar kenaikan mingguan ketiga berturut-turut, karena serangkaian data ekonomi yang tangguh dari Amerika Serikat meningkatkan ekspektasi pasar bahwa lebih banyak kenaikan suku bunga akan segera terjadi.

Data pada Kamis (16/2/2023) menunjukkan bahwa jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran secara tak terduga turun minggu lalu, sementara data lain mengungkapkan bahwa harga produsen bulanan meningkat paling tinggi dalam tujuh bulan pada Januari.

Rilis data terbaru memberi dolar AS penguatan, memukul sterling ke level terendah baru enam minggu di 1,1957 dolar pada Jumat pagi, sementara euro turun 0,15 persen menjadi 1,0657 dolar.

Dolar Australia dan Selandia Baru juga berada di dekat palung enam minggu yang dicapai di sesi sebelumnya.

Aussie terakhir diperdagangkan 0,29 persen lebih rendah pada 0,68595 dolar AS, setelah jatuh serendah 0,68405 dolar AS sehari sebelumnya. Kiwi tergelincir 0,27 persen menjadi 0,62385 dolar, setelah mencapai level terendah sejak 6 Januari pada Kamis (16/2/2023).

"Ekonomi AS, dari data terakhir, menunjukkan masih sehat. Sepertinya tidak akan mengalami resesi dalam waktu dekat," kata Tina Teng, analis pasar di CMC Markets.

"Pasar memperkirakan suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama."

Laporan Kamis (16/2/2023) mengikuti data dari awal pekan ini, yang menunjukkan pertumbuhan penjualan ritel AS yang kuat pada Januari dan tanda-tanda inflasi yang kaku, memicu kekhawatiran bahwa Federal Reserve harus menaikkan suku bunga lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS juga telah melonjak didukung perkiraan kembali suku bunga hawkish lebih lanjut, dengan imbal hasil dua tahun terakhir di 4,6549 persen.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun memuncak pada 3,878 persen pada Jumat pagi, tertinggi sejak 30 Desember.

Pejabat Fed juga memberi isyarat bahwa bank sentral AS harus menaikkan suku bunga, dengan dua pembuat kebijakan mengatakan pada Kamis (16/2/2023) bahwa Fed kemungkinan harus menaikkan suku bunga lebih banyak daripada yang dilakukannya awal bulan ini.

Pasar sekarang memperkirakan suku bunga mencapai puncaknya di atas 5,25 persen pada Juli.

Terhadap sekeranjang mata uang, indeks dolar AS terakhir menguat 0,09 persen di 104,20, setelah naik ke level tertinggi lebih dari satu bulan di 104,24 di sesi sebelumnya, dan berada di jalur untuk kenaikan mingguan ketiga berturut-turut.

Di tempat lain, dolar bertahan 0,25 persen lebih tinggi terhadap yen Jepang di 134,29.

Greenback mengincar kenaikan mingguan lebih dari 2,0 persen terhadap yen, minggu terbaiknya sejak Oktober lalu.

Pemerintah Jepang memilih akademisi Kazuo Ueda sebagai kepala bank sentral baru dengan harapan dia dapat membantu menjaga inflasi sesuai target serta mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan upah, kata menteri keuangan Shunichi Suzuki pada Jumat.

"Diharapkan bahwa tugas paling penting dari calon Gubernur Ueda adalah memandu BoJ keluar dari kebijakan ultra-akomodatif (pelonggaran kuantitatif dan kualitatif)," kata Jane Foley, kepala strategi valas di Rabobank.

"Itu, bagaimanapun, tidak berarti bahwa BoJ akan terburu-buru untuk mengubah arah."


Baca juga: Dolar AS melemah di tengah serangkaian data ekonomi terbaru
Baca juga: Emas "rebound" karena dolar melemah, kekhawatiran Fed batasi kenaikan
Baca juga: Dolar naik di awal sesi Asia ditopang ekspektasi bunga AS lebih tinggi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023