Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Anak RSUP Fatmawati Jakarta Jeshika Febi menyatakan bahwa kelainan genetik menjadi pemicu utama anak-anak terkena penyakit kanker.

“Jadi kebanyakan adalah kelainan genetik dan ini sangat berperan di kanker pada anak,” kata Jeshika dalam Siaran Sehat yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.

Jeshika menuturkan bahwa kanker merupakan sebuah penyakit yang terjadi akibat adanya suatu pertumbuhan sel yang tidak normal. Salah satunya adalah kelainan pada genetik tersebut.

Kelainan itu membuat kanker pada anak bisa diketahui sejak mereka masih bayi. Tepatnya ketika baru lahir atau di bawah usia satu tahun.

Meski demikian, penyebab terjadinya kanker sangat berbeda dengan orang yang berusia dewasa. Jika kanker pada anak diakibatkan oleh kelainan genetik, kanker pada orang dewasa lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan, gaya hidup hingga makanan yang dikonsumsi.

“Faktor genetik berperan pada kanker di anak, tapi gaya hidup dan segala macam itu paparan tambahan tapi kelainan genetik yang sangat berperan pada kanker itu,” ujarnya.

Menurut Jeshika kanker bisa dideteksi secara dini. Orang tua pun bisa menduganya ketika muncul sebuah benjolan yang berada di tempat yang tidak biasa. Misalnya, pada bagian dahi, perut atau lengan.

Memang betul jika tubuh mempunyai benjolan berupa getah bening di bagian dagu atau leher, namun jika kondisinya terus membesar dan bengkak dalam beberapa kondisi maka disarankan untuk segera pergi ke fasilitas kesehatan terdekat.

Dikhawatirkan jika didiamkan terus menerus, benjolan tersebut berkembang menjadi tumor ganas hingga akhirnya memasuki stadium kanker. Pada jenis kanker seperti leukemia atau kanker darah, benjolan memang bisa timbul namun seringkali gejalanya tidak terlalu terlihat.

Biasanya, anak ditandai dengan muka pucat dan lemas diikuti adanya bintik-bintik merah di area tangan atau kakinya. Beberapa kasus yang ditemukan, juga ada pendarahan misalnya seperti mimisan atau gusi yang berdarah ketika anak sedang sikat gigi.

Jeshika menjelaskan jika hal tersebut terjadi semakin parah hingga menyebabkan berat badan anak turun, maka tenaga kesehatan akan langsung memeriksa darahnya melalui deteksi dini.

Jika leukemia disertai dengan benjolan, anak akan merasa nyeri untuk berjalan. Sebab, terdapat kemungkinan bahwa kanker sudah menyebar di area sekitar tulang.

“Ketika dia jalan bisa sakit, dia biasanya memang tidak ada benjolan tapi dia banyak duduk dan sakit. Kalau jalan kemudian ada pembesaran dari hati dan limfa,” katanya.

Baca juga: Leukimia, kanker yang paling sering dijumpai pada anak
Baca juga: Wamenkes minta orang tua berperan deteksi dini kanker pada anak


Baca juga: Ahli sebut leukemia dominasi sepertiga kasus kanker pada anak

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023