Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Australia untuk Indonesia, Bill Farmer, Jumat, mengatakan, tanggal pertemuan Perdana Menteri Australia John Howard dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) belum diputuskan namun "dalam waktu dekat". "Kami belum terfokus pada tanggal tertentu. Kami belum membicarakan hal itu," kata Dubes Farmer kepada pers seusai acara peluncuran program beasiswa baru bernama "Australian Leadership Award (ALA)" di Jakarta. ALA merupakan bagian dari paket beasiswa senilai 1,4 miliar dolar Australia buat 19 ribu mahasiswa dari negara-negara Asia Pasifik, termasuk Indonesia, yang ingin melanjutkan studinya ke tingkat pasca sarjana (S2/S3) di negara Kangguru itu dalam kurun waktu lima tahun. Menurut Farmer, rencana pertemuan kedua kepala pemerintahan itu merupakan "kesempatan yang sangat penting" bagi penguatan hubungan kedua negara di masa mendatang. Sebelumnya, Dubes Farmer menyinggung tentang pertemuan Menteri Luar Negeri Alexander Downer dengan mitranya, Menlu RI Hassan Wirajuda, Senin malam lalu (15/5) di Singapura. Ia mengatakan, pertemuan kedua Menlu itu sangat produktif dan mereka membahas berbagai isu terkait dengan hubungan kedua negara. "Saya rasa kita sekarang memiliki pengertian yang sangat positif tentang hubungan kedua bangsa, dan saya pun yakin dengan adanya pemahaman tentang langkah berikut yang akan kita ambil. Kedua Menlu sepakat bahwa pertemuan kedua pemimpin (SBY-Howard-red.) dalam waktu dekat adalah hal yang positif," kata Farmer. Sebelumnya, rencana pertemuan Presiden Yudhoyono dan PM Howard telah pun dipastikan Juru Bicara Deplu RI, Yuri Octavian Thamrin, dalam wawancaranya dengan ANTARA. Menurut dia, rencana pertemuan kedua pemimpin itu merupakan kelanjutan dari proses pembicaraan yang dimulai sejak kedatangan Michael L`Estrange (utusan khusus Australia) hingga tingkat menteri luar negeri. Seperti halnya Dubes Farmer, Yuri pun menyatakan, waktu pertemuan antara pemimpin Indonesia dan Australia itu belum ditentukan. "Belum ditentukan. Mudah-mudahan secepatnya," katanya. Juru Bicara Kepresidenan, Dino Patti Djalal, memberikan pernyataan yang sama, bahwa jadwal pertemuan Presiden Yudhoyono dan PM Howard belum ditentukan, demikian pula dengan agenda yang akan dibahas. Mengenai tempat pertemuan, Dino mengatakan kemungkinan akan berlangsung di Indonesia. "Kalaupun terjadi, pertemuan itu kemungkinan besar akan dilakukan di Indonesia," kata Dino. Menurut Suratkabar Australian, The Sydney Morning Herald. pertemuan PM Howard dan Presiden Yudhoyono kemungkinan berlangsung Juni di Lombok. Senin malam lalu (15/5), Menlu Hassan Wirajuda dan Alexander Downer bertemu di Singapura selama tiga jam. Mereka menyepakati bahwa Indonesia dan Australia ingin tetap bertetangga baik, kendati telah terjadi insiden pemberian visa perlindungan terhadap 42 WNI asal Papua pencari suaka politik ke Australia pada Maret lalu. Pertemuan itu sendiri merupakan yang pertama kalinya dilakukan kedua menteri luar negeri tersebut pasca-pemberian visa 42 bagi warga Papua --sebelumnya Hassan dan Downer hanya berkomunikasi melalui telepon. Pembicaraan Hassan dan Downer menyentuh upaya mencari solusi berbagai masalah guna mengembalikan hubungan baik Indonesia dan Australia secara menyeluruh. Dalam kesempatan itu, Hassan kembali menyatakan penghargaan Indonesia terhadap kebijakan Pacific Solution, yaitu kebijakan yang tidak lagi akan memproses pencari suaka asal Indonesia ke Australia. Melalui Pacific Solution, semua pendatang baru asal Indonesia, termasuk dari Papua yang bermaksud ke Australia untuk keperluan mencari suaka, tidak lagi akan diproses di Australia, melainkan di tiga tempat di wilayah Pasifik, yaitu di Christmas Island, Papua Nugini dan Nauru. Kebijakan Pacific Solution itu, kendati saat ini masih digodok di parlemen Australia, dilihat Indonesia telah secara konsisten dilaksanakan oleh Canberra, yaitu dalam hal ditolaknya tiga warga Papua baru-baru ini yang tiba di perairan Australia utara yang ditengarai untuk mencari suaka. Ketiga warga Papua itu tiba di Australia setelah berlayar dari Papua Nugini dan oleh Australia diputuskan untuk dipulangkan dari tempat asal mereka berangkat, yaitu Papua Nugini. Pertemuan Hassan-Downer yang dilakukan sambil bersantap malam itu, belum memutuskan kapan Duta Besar RI untuk Australia, Teuku Mohammad Hamzah Thayeb, akan dikembalikan ke pos penempatannya ke Canberra. Hamzah dipulangkan ke Jakarta pada 24 Maret 2006 sebagai bentuk protes terhadap keputusan Australia yang memberikan visa kepada 42 warga Papua.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006