Purwokerto (ANTARA) - Siang itu, Rabu (15/2), Serda Gunawan tengah mengikuti pengarahan yang disampaikan oleh Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Widi Prasetijono di Makorem 071/Wijayakusuma, Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Tiba-tiba, Babinsa Kelurahan Sumpiuh itu ditelepon oleh Pasintel Korem 071/Wijayakusuma Mayor Cba Untung bersama Dandim 0701/Banyumas Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono serta Danrem 071/Wijayakusuma Kolonel Inf Yudha Airlangga.

Dalam pembicaraan melalui saluran telepon itu, ia diminta segera berangkat ke Jakarta dan harus sudah sampai di Mabes TNI Angkatan Darat (Mabesad) pada Kamis (16/2), pukul 09.00 WIB, untuk menghadap KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman.

Pria kelahiran Banyumas, 23 Juli 1984, itupun bingung dengan adanya perintah mendadak tersebut, sehingga dia segera menelepon istri di rumah untuk menyiapkan baju karena harus segera berangkat ke Jakarta.

Bahkan, sesampainya di Mabesad, Gunawan yang ditemani Danramil Sumpiuh Kapten Inf Agung Sucipto masih bingung dan bertanya-tanya ada apa gerangan, sehingga KSAD memintanya untuk menghadap.

Setelah Jenderal Dudung datang sekitar pukul 09.30 WIB, ia pun diminta untuk masuk ke dalam ruangan KSAD setelah beberapa saat menunggu di ruang tunggu Mabesad.

Di dalam ruangan tersebut, Gunawan baru tahu jika KSAD memintanya menghadap karena ingin memberikan apresiasi atas upaya yang dilakukan Babinsa tersebut saat berhasil meringkus seorang buron kasus pencurian kendaraan bermotor lintas provinsi yang masuk daftar pencarian orang (DPO) Polda Jawa Tengah.

Tidak hanya meringkus salah seorang DPO, dia juga melindungi buron kasus pencurian itu agar terhindar dari amuk massa yang telah mengepungnya dengan berbagai peralatan, hingga akhirnya dapat diserahkan ke polisi dengan kondisi selamat.

Terkait dengan hal itu, KSAD menawarkan penghargaan berupa kenaikan pangkat luar biasa (KPLB) kepada Serda Gunawan, namun tawaran tersebut dia tolak dengan halus karena sesuai jadwal, pangkatnya akan naik menjadi Sertu pada tanggal 1 April 2023, sehingga KPLB batal diberikan.

Selanjutnya, Jenderal Dudung menawarkan kesempatan kepada Gunawan untuk mengikuti penugasan ke luar negeri, namun tawaran tersebut kembali dia tolak dengan alasan ingin fokus terhadap keluarga.

Bagi Gunawan, keluarga itu penting dan nomor satu, sehingga tawaran tersebut dia koordinasikan dengan istri terlebih dahulu.

Kendati akhirnya tidak mendapatkan KPLB maupun penugasan ke luar negeri, suami dari Susilowati itu mengaku senang karena bisa bertemu dan mengobrol secara langsung dengan KSAD.

"Saya juga ucapkan banyak terima kasih atas penghargaan yang Bapak KSAD berikan kepada saya, dan saya bekerja secara ikhlas," kata Gunawan, yang baru tiga tahun menjadi babinsa di kampung halamannya, setelah 15 tahun berdinas di Papua.

Ya, anak petani asal Sumpiuh itu, beberapa waktu setelah menyelesaikan pendidikannya di Secata Gombong pada tahun 2004 mendapat tugas untuk menjadi personel organik di Batalyon Infanteri Raider 755/Yalet, Merauke, Papua Selatan.

Usai menjalani pendidikan Raider di Batujajar, Jawa Barat, dia dipindahkan ke Batalyon Infanteri Raider Khusus 753/Arga Vira Tama di Nabire, Papua Tengah.

Setelah berdinas selama tiga tahun di Yonif RK 753/AVT, Gunawan mengikuti pendidikan Secaba Reguler dan selanjutnya mengajukan pindah ke Pulau Jawa.

Permohonan tersebut disetujui, sehingga Gunawan bisa kembali ke Tanah Jawa dan berdinas di kampung halamannya sebagai Babinsa Sumpiuh.

Perjalanan panjang selama berdinas di Papua itu telah mempertemukan Gunawan dengan pujaan hatinya, yakni Susilowati, yang merupakan anak transmigran asal Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jateng.

Dari pernikahannya dengan Susilowati, Gunawan dikaruniai tiga orang putra yang selalu menemani dalam suka maupun duka selama di Papua, hingga menata kehidupan sejak mereka pindah ke Sumpiuh.

"Saya baru pindah ke Sumpiuh, masih berat untuk meninggalkan keluarga, sehingga saya tolak tawaran itu. Saya ikhlas tidak ikut penugasan ke luar negeri," ujar Gunawan..


Ringkus buronan

Terkait dengan keberhasilannya dalam meringkus buronan kasus pencurian kendaraan bermotor, Gunawan mengatakan saat sedang mendampingi Danramil Sumpiuh memberikan pelatihan baris berbaris bagi siswa SMK Muhammadiyah Sumpiuh di taman kota setempat, pada Jumat (3/2), dia menerima telepon dari warga jika di desa binaannya sedang terjadi penangkapan kawanan pencuri yang diduga terdiri atas tiga orang.

Akan tetapi, salah seorang anggota kawanan pencuri yang sedang diburu Tim Jatanras Polda Jateng itu kabur dan diduga bersembunyi di sekitaran Sungai Angin, Kelurahan Sumpiuh, sedangkan dua orang lainnya berhasil ditangkap.

Atas dasar informasi melalui telepon tersebut, Gunawan pun segera meminta izin kepada Danramil untuk ikut serta dalam operasi pengejaran terhadap buronan polisi tersebut.

Sesampainya di lokasi, dia bertemu dengan Kanit Intelijen Polsek Sumpiuh dan mendapat informasi jika buron yang kabur itu melarikan diri ke area persawahan. Akan tetapi saat dilakukan penyisiran di sawah, hasilnya nihil.

Saat kembali di Kantor Kelurahan Sumpiuh, ada laporan dari warga jika buronan tersebut berhasil ditangkap di Desa Selandaka yang berbatasan dengan Kelurahan Sumpiuh, namun setelah dicek ternyata hanyalah hoaks.

Hingga akhirnya, Gunawan bersama tim dari Polsek Sumpiuh kembali ke lokasi terperosoknya mobil kawanan pencuri di Grumbul Karet, Kelurahan Sumpiuh.

Dalam diskusi yang dilakukan Gunawan dengan masyarakat setempat, muncul kekhawatiran dari warga karena mereka tidak akan bisa tidur dengan tenang sebelum buron tersebut tertangkap

Bahkan, ada warga yang menyakini jika buronan yang kabur dari kejaran polisi itu bersembunyi di Sungai Angin. Warga curiga terhadap karung yang biasa digunakan untuk penanganan tanggul Sungai Angin saat jebol.

Setelah karung-karung itu dicek dengan berbagai cara, termasuk ditusuk menggunakan bambu panjang, akhirnya buronan tersebut ditemukan sedang bersembunyi di bawah tumpukan karung, dengan posisi duduk sambil memegang karung.

Warga pun kembali menusukkan bambu ke arah karung, hingga akhirnya buronan itu keluar dari persembunyian karena badannya terkena tusukan bambu. Saat keluar dari persembunyian, orang itu mencoba berenang namun ternyata air Sungai Angin dangkal, sehingga warga yang berada di atas sungai melemparinya dengan batu.

Melihat kondisi tersebut, Gunawan sempat berpikiran untuk terjun ke sungai dan berenang guna mengamankan buronan itu, namun karena warga terus melemparkan batu, dia pun mengurungkan niatnya.

Ketika ada salah seorang warga yang menceburkan diri ke sungai, Gunawan langsung ikut terjun karena khawatir warga tersebut jadi sasaran buronan itu.

Tanpa disangka, ada salah sorang warga yang memukul buronan itu, sehingga Gunawan berupaya mengamankan orang tersebut karena khawatir warga makin anarkis dan akhirnya tersangkut masalah hukum.

Setelah berhasil diselamatkan dari amuk massa, buronan tersebut selanjutnya diserahkan ke polisi.

Atas kejadian tersebut, Danrem 071/Wijayakusuma Kolonel Inf Yudha Airlangga dan Kapolresta Banyumas Kombes Pol Edy Suranta Sitepu memberikan hadiah berupa satu unit sepeda motor kepada Serda Gunawan karena apa yang dilakukan oleh Babinsa Sumpiuh itu merupakan wujud nyata dari sinergisitas TNI dan Polri.

Terkait dengan hadiah sepeda motor yang disusul dengan undangan dari KSAD, semua itu justru menjadikan Gunawan untuk terus bekerja dengan ikhlas.

Dalam bekerja, ia pun berpedoman pada pepatah Jawa berupa "lemah teles, Gusti Allah sing mbales", yang berarti, "apabila segala sesuatu, entah baik ataupun buruk, maka Tuhanlah yang akan membalas."

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023