Singapura (ANTARA) - Dolar AS naik di sesi Asia pada Senin sore, karena serangkaian data ekonomi yang kuat dari Amerika Serikat mendorong para pedagang bertaruh bahwa Federal Reserve akan bertahan di jalur pengetatan kebijakan moneternya lebih lama dari yang diperkirakan semula.

Greenback sedikit menguat terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya di perdagangan Asia, mengirimkan sterling 0,06 persen lebih rendah ke 1,2035 dolar. Terhadap yen Jepang, dolar berdiri di dekat level tertinggi dua bulan di 134,11.

Aussie naik 0,17 persen menjadi 0,6890 dolar AS, setelah jatuh hampir 0,6 persen minggu lalu.

Perdagangan kemungkinan akan tipis pada Senin, dengan pasar AS ditutup untuk peringatan Hari Presiden. Sejumlah data dari ekonomi terbesar dunia dalam beberapa pekan terakhir menunjukkan pasar tenaga kerja yang masih ketat, inflasi yang kaku, pertumbuhan penjualan ritel yang kuat, dan harga produsen bulanan lebih tinggi, telah meningkatkan ekspektasi pasar bahwa bank sentral AS memiliki lebih banyak hal untuk dilakukan dalam menjinakkan inflasi, dan bahwa suku bunga harus naik lebih tinggi.

Baca juga: Dolar AS naik di awal sesi Asia didukung spekulasi Fed tetap agresif

"Untuk minggu depan, dolar dapat bergerak lebih tinggi mengingat rangkaian data ekonomi baru-baru ini yang mendukung narasi suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka panjang," kata Carol Kong, ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia ( CBA).

Pasar sekarang memperkirakan suku bunga dana Fed mencapai puncaknya tepat di bawah 5,3 persen pada Juli.

Komentar hawkish dari pejabat Fed juga mendukung dolar AS, karena mereka mengisyaratkan bahwa suku bunga perlu dinaikkan agar berhasil meredam inflasi.

Demikian pula, dua pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) mengatakan pada Jumat (17/2/2023) bahwa suku bunga di zona euro masih memiliki beberapa cara untuk naik, mendorong perkiraan pasar untuk suku bunga ECB yang lebih tinggi.

Namun, itu tidak banyak mengangkat euro, yang turun 0,08 persen menjadi 1,06855 dolar.

"Komentar hawkish ECB sepertinya tidak akan mendukung euro, mengingat kekuatan dolar," kata Kong.

Baca juga: Yuan terdongkrak 16 basis poin menjadi 6,8643 terhadap dolar AS

Sementara itu, indeks dolar AS tergelincir 0,05 persen menjadi 103,93, meskipun sejauh bulan ini naik hampir 2,0 persen, bertahan di jalur untuk kenaikan bulanan pertama sejak September lalu.

Kiwi turun 0,07 persen menjadi 0,6238 dolar AS, karena para pelaku pasar menunggu keputusan suku bunga Bank Sentral Selandia Baru (RBNZ) pada Rabu (22/2/2023). RBNZ diperkirakan akan sedikit mengurangi kampanye pengetatannya, dengan kenaikan suku bunga setengah poin menjadi 4,75 persen.

"Dengan inflasi yang begitu tinggi ... tidak bertahan di jalurnya bisa berarti tingkat suku bunga yang lebih tinggi diperlukan," kata analis di ANZ.

Di Asia, China pada Senin mempertahankan suku bunga pinjaman acuannya tidak berubah selama enam bulan berturut-turut pada Februari, seperti yang diharapkan, dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu menunjukkan lebih banyak tanda pemulihan dari kemerosotan yang disebabkan pandemi.

Yuan di pasar luar negeri terakhir sedikit lebih rendah pada 6,8741 per dolar, sedangkan yuan dalam negeri terakhir dibeli 6,8657 per dolar.

"Kami terus memperkirakan Bank Sentral China (PBoC) akan memangkas suku bunga pinjaman 1 dan 5 tahun sebesar 20 basis poin setiap tahun ini," kata analis di Maybank.

"Ini akan membantu dukungan kredit untuk memberikan dorongan tambahan pada tahap awal pemulihan ekonomi."

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023