Moskow (ANTARA) - Rusia pada Senin (20/2) malam waktu setempat kembali menyeru Swedia agar membagi hasil penyelidikannya soal ledakan yang merusak jalur pipa Nord Stream tahun lalu.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan bertemu Selasa ini guna membahas "sabotase" setelah Moskow meminta penyelidikan yang independen mengenai serangan terhadap jalur pipa itu September tahun lalu.

Sabotase itu membuat gas dari jalur pipa gas itu muntah ke Laut Baltik.

Swedia dan Denmark, yang zona ekonomi eksklusifnya terpapar ledakan akibat sabotase, menyimpulkan bahwa jalur pipa itu sengaja diledakkan. Namun demikian, kedua negara tak menyebutkan pihak mana yang bertanggung jawab.

"Hampir lima bulan berlalu sejak sabotase jalur pipa gas Nord Stream 1 dan Nord Stream 2. Namun begitu, selama ini pihak berwenang di Swedia tetap bungkam, seolah menunggu petunjuk," kata Kedutaan Besar Rusia di Swedia dalam platform Telegram.

"Apa yang ditakutkan oleh pemimpin Swedia?" kata Kedubes Rusia, mempertanyakan.

Kedubes tersebut mengulangi pertanyaan kementerian luar negeri Rusia apakah Swedia menyembunyikan sesuatu dari insiden ledakan di jalur pipa gas itu.

Kedubes juga menegaskan kembali keyakinan Moskow, yang tanpa disertai bukti, bahwa Barat berada di balik ledakan di jalur pipa Nord Stream 1 dan 2.

Kedua jalur pipa tersebut merupakan proyek infrastruktur bernilai miliaran dolar AS yang menyalurkan gas Rusia ke Jerman.

Pembangunan Nord Stream 2 selesai September 2021, tapi tak pernah beroperasi setelah Jerman menunda sertifikasi proyek itu beberapa hari sebelum Rusia mengerahkan pasukannya ke Ukraina setahun silam.

Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy mengatakan via Telegram bahwa pemungutan suara untuk rancangan proposal yang menyerukan penyelidikan atas ledakan itu akan diadakan akhir pekan ini.

Kantor berita Rusia, TASS, melaporkan bahwa Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun menyatakan Beijing mendukung rancangan proposal Rusia itu.

China menganggap Rusia sekutunya yang bisa mengimbangi supremasi global AS. Sejauh ini, China menahan diri untuk tidak mengutuk invasi Rusia ke Ukraina sembari berulang kali mendesak perdamaian.

Diplomat senior China, Wang Yi, tengah berada di Moskow untuk membicarakan kemungkinan rencana perdamaian untuk Ukraina pada peringatan satu tahun invasi Rusia di Ukraina. 

Perang di Ukraina telah menewaskan ribuan orang, memaksa jutaan orang mengungsi, dan menghancurleburkan banyak kota di negara itu.

Sumber: Reuters


Baca juga: China: Perlu investigasi profesional soal ledakan pipa gas Nord Stream

Baca juga: Rusia: Tentara AL Inggris ledakkan pipa gas Nord Stream


 

AS siap kirim tank M1 Abrams ke Ukraina

Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2023