London (ANTARA) - Serbia mengungkapkan pada Selasa bahwa negara itu akan membeli persenjataan penjelajah, sejenis pesawat nirawak (drone) yang dapat terbang ke target dan meledakkan diri, dari Uni Emirat Arab.

"Dalam 48 jam ke depan, kami akan menandatangani kontrak (untuk pembelian persenjataan) itu," kata Presiden Serbia Aleksandar Vucic pada Selasa saat mengunjungi pameran pertahanan di Abu Dhabi.

Langkah itu menandakan hubungan Serbia yang mulai menjauh dari Rusia, yang selama ini menjadi sekutu dan pemasok senjata bagi Serbia.

"Ini adalah drone bunuh diri dan alat ini akan berada di Serbia, dan kami berharap militer Serbia memiliki drone bunuh diri domestik pertama dalam waktu lima atau enam bulan ke depan," kata Vucic kepada wartawan.

Vucic tidak merinci mengenai berapa banyak, harga, dan siapa produsen persenjataan yang akan dibeli oleh Serbia dari Uni Emirat Arab.

Serbia, kandidat anggota Uni Eropa, tengah berada di bawah tekanan Barat untuk mengurangi hubungannya dengan Rusia, sejak invasi Moskow ke Ukraina sejak hampir setahun lalu.

Meskipun Serbia telah memberikan suara menentang Rusia sebanyak tiga kali di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak invasi, pemerintah Serbia menolak untuk bergabung dengan Barat dalam menjatuhkan sanksi terhadap Rusia.

Presiden Vucic mengatakan pada Senin (20/2) bahwa Serbia ingin meningkatkan industri militer dan pertahanan dengan menanamkan modal tambahan sebesar 700 juta euro (Rp11,3 triliun) hingga 2023.

Kebanyakan peralatan militer Serbia selama ini sudah cukup tua dan masih tertinggal di teknologi zaman Soviet, contohnya, pesawat tempur MiG-29 dan helikopter tempur MI-35m.

Angkatan Darat Serbia juga menggunakan tank T-72 dan pengangkut personel lapis baja buatan Soviet.

Sementara pertahanan udaranya kebanyakan menggunakan sistem rudal dan radar Rusia.

Serbia juga mengoperasikan drone pengintai militer dan pesawat tempur tanpa awak buatan China serta peluru kendali permukaan ke udara jarak menengah.

Tahun lalu, Vucic mengatakan bahwa Serbia ingin membeli jet tempur serbaguna Rafale dari Prancis.

Pada Senin (20/2), dia mengatakan bahwa pembicaraan tentang harga Rafale, yang dia perkirakan sekitar 3 miliar euro (Rp48,5 triliun), masih berlangsung.

Sumber: Reuters

Baca juga: Menlu AS: Kosovo, Serbia harus kompromi demi normalisasi hubungan

Baca juga: Ratusan nasionalis Serbia tolak normalisasi hubungan dengan Kosovo

Baca juga: Serbia sebut jalur kereta cepat dapat revitalisasi ekonomi negaranya

 

Penerjemah: Kenzu Tandiah
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023