Selain mengalami kelelahan fisik, seseorang yang sering terjebak kemacetan lalu lintas juga bisa merasakan kelelahan psikis sehingga memengaruhi kondisi emosi.
Jakarta (ANTARA) - Psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Novi Poespita Candra mengatakan bahwa seseorang yang terlalu sering menghadapi kemacetan lalu lintas berisiko mengalami gangguan fisik dan mental.

"Dampak kemacetan adalah fisik dan psikologis. Kelelahan fisik terjadi karena tubuh harus duduk lama menyetir," kata Novi kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.

Novi mencontohkan seseorang yang terlalu lama menyetir akan mengalami kelelahan fisik, misalnya pada bagian leher dan punggung. Selain mengalami kelelahan fisik, seseorang yang sering terjebak kemacetan lalu lintas juga bisa merasakan kelelahan psikis sehingga memengaruhi kondisi emosi.

Kemacetan, menurut Novi, bisa memicu seseorang lebih sensitif dan mudah tersinggung karena melihat situasi yang tidak jelas. Faktor kelelahan membuat seseorang sulit fokus, berpikir dan meregulasi emosi serta perilaku.

"Kondisi ini akan mempengaruhi performa keseluruhan. Jika kondisi fisik terganggu, maka asupan oksigen kurang karena kurang gerak," kata Novi.

Baca juga: Mudah lelah? Pahami 10 kesalahan gaya hidup dan cara mengatasinya

Novi mengingatkan masyarakat pada pepatah di dalam tubuh yang sehat akan terdapat jiwa yang sehat juga. Tubuh yang segar dan bugar akan memiliki cukup asupan oksigen, yang bermanfaat untuk mengelola pikiran, emosi dan perilaku.

Untuk membuat tubuh yang lebih bugar di tengah tengah rutinitas, maka penting untuk menjaga kebugaran dengan olahraga, menjaga pola makan yang sehat, istirahat yang cukup dan juga melakukan meditasi.

"Karena itu semua membantu seseorang menstimulasi syaraf simpatik yang mampu merelaksasi otot dan tubuh sehingga seseorang mampu mengelola dirinya, pikiran, emosinya saat kelelahan," kata Novi.

Data yang dirilis TomTom Traffic Index menunjukkan kemacetan di Jakarta berada di peringkat 29 dari 389 kota di dunia pada tahun 2022. Sementara pada tahun 2021, Jakarta berada di posisi ke-46.

Waktu rata-rata perjalanan dalam 10 kilometer adalah 22 menit 40 detik, berdasarkan penghitungan situs tersebut. Waktu tempuh itu meningkat sekitar 2 menit 50 detik dibanding tahun 2021.

Kemacetan dinilai berdampak pada kerugian finansial dari aktivitas bisnis, naiknya konsumsi bahan bakar dan emisi CO2 saat berkendara, hingga risiko kesehatan fisik dan mental.

Baca juga: Indeks kemacetan Jakarta naik jadi peringkat 29 kota dunia

Baca juga: Heru ajak warga DKI gunakan TransJakarta untuk tekan kemacetan

Baca juga: Ramuan herbal untuk atasi lelah mudik

Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023